
Tebuireng.online– Dalam rangka Milad ke-58 Himpunan Santri Majapahit (Hisma), digelar bedah Majalah Tebuireng edisi “Barokatologi” di Mojokerto. Acara ini menghadirkan KH. Ahmad Roziqi, Mudir Ma’had Aly Tebuireng. Mudir yang akrab disapa Ustadz Roziqi ini, membahas secara mendalam makna barokah dalam perspektif Fiqih serta praktik tabarruk sebagai salah satu cara meraihnya.
“Keberkahan itu pasti dalam Islam, karena Allah adalah sumber segala keberkahan,” tegas Ustadz Roziqi di hadapan peserta, Rabu (2/7/2025).
Baca Juga: Hisma Rayakan Milad dengan Bedah Majalah Tebuireng Edisi Barokatologi
Ia menekankan pentingnya keyakinan terhadap konsep barokah, serta memperingatkan bahwa meragukannya bisa berimplikasi pada keraguan terhadap Al-Qur’an.
Doktor bidang studi Islam itu mencontohkan, “Beberapa waktu lalu saya mengajar pelajaran Aswaja. Seorang santri mengatakan tidak percaya barokah. Saya bilang, kalau tidak percaya seseorang bisa membawa berkah, itu hakmu. Tapi kalau tidak percaya pada keberkahan itu sendiri, maka keimanan pada Al-Qur’an patut dipertanyakan.”
Lebih lanjut, beliau menjelaskan konsep tabarruk, yakni mencari keberkahan melalui hal-hal yang berkaitan dengan orang saleh atau benda-benda yang diyakini memiliki nilai spiritual. Ia menyebut praktik ini telah menjadi tradisi para ulama terdahulu, termasuk di masa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
“Tabarruk adalah salah satu cara meraih berkah yang telah hidup sejak lama. Bahkan para kiai besar zaman dahulu merasa belum lengkap secara spiritual jika belum tabarrukan kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.

Dalam tinjauan fiqih, alumni Mesir ini menegaskan, bahwa semua amal mukallaf (orang yang terkena kewajiban syariat) harus memiliki dasar hukum yang jelas. Ia menyebut bahwa praktik tabarruk juga memiliki legitimasi yang kuat.
“Rasulullah SAW sendiri juga bertabarruk. Jika Nabi sudah melakukannya, seharusnya itu sudah cukup sebagai dalil. Namun ternyata, para sahabat pun turut melakukannya. Maka bagaimana dengan kita, para santri?” ujarnya.
Baca Juga: Hangatkan Silaturahmi, KESIS Tebuireng Gelar Temu Alumni di Solo
Ia turut mengutip pandangan Sayyid Abdillah, Mufti Mesir, yang menyebut bahwa para sahabat di masa Nabi Muhammad SAW mencari berkah dari air bekas tangan sahabat lainnya. Hadis-hadis yang berkaitan dengan praktik tersebut, menurut ulama seperti Al-Munawwir, tergolong shahih dan dapat dijadikan hujjah dalam syariat.
Ustadz Roziqi juga menyampaikan bahwa keberkahan bisa diraih melalui usaha dan gerakan. Ia merujuk pada karya ulama abad ke-8 berjudul Al-Barokatu fi Fadhli Sa’yi wal Harokah, yang menekankan pentingnya ikhtiar dalam meraih berkah.
“Keberkahan bisa datang langsung dari Allah, tetapi ikhtiar tetap menjadi bagian dari adab kita dalam mencarinya. Syarat utama dalam tabarruk adalah bertawakal dan pasrah,” tambahnya.
Baca Juga: Silaturahmi Alumni Tebuireng se-Karesidenan Dimeriahkan Gebyar Shalawat
Menutup sesi, Pengurus MUI ini menegaskan kembali bahwa doa juga merupakan bagian dari usaha memperoleh keberkahan. Ia menegaskan bahwa dalam fiqih, tidak ada masalah dengan praktik tabarruk selama dilakukan dengan niat dan adab yang benar.
“Doa adalah bagian dari mencari keberkahan. Tidak ada masalah secara fiqih. Yang biasanya mempermasalahkan itu, hanya yang belajar fiqihnya di pinggir-pinggir saja,” tutupnya, disambut tawa hangat para peserta.
Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary