Dr. Aguk Irawan, penulis buku Biografi KH. Yusuf Hasyim, Kiai Militer Pengawal NKRI Berbasis Pesantren membedah buku dalam seminar pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai Yusuf Hasyim di Pesantren Tebuireng. (foto Ayong)

Tebuireng.online– Seminar mengenai pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk KH. M. Yusuf Hasyim digelar di aula lantai 3 Pesantren Tebuireng, Jombang. Dalam acara tersebut, Dr. Aguk Irawan, penulis biografi KH. M. Yusuf Hasyim, menyampaikan paparan mendalam terkait kiprah Kiai Yusuf Hasyim sebagai “Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren”.

Sastrawan berkebangsaan Indonesia ini mengungkapkan, bahwa dirinya baru mendapatkan sejumlah data penting terkait perjalanan hidup KH. M. Yusuf Hasyim pada bulan Desember lalu. Data-data tersebut, menurutnya, sangat melimpah dan bervariasi, mencakup berbagai peristiwa besar, mulai dari zaman penjajahan Jepang dan Belanda, pergolakan PKI Madiun, hingga era Orde Baru dan Reformasi. Meskipun begitu, proses pencarian data primer masih terus dilakukan.

“Beliau itu memiliki kiprah yang luar biasa, dari zaman penjajahan Revolusi Jepang, Belanda, hingga berbagai peristiwa besar seperti PKI Madiun dan PKI 65. Begitu banyak informasi yang kami peroleh, dan saya bingung mana yang harus didahulukan, karena sangat banyaknya,” tuturnya.

Baca Juga: Tebuireng Dukung Gelar Pahlawan Nasional untuk KH. Yusuf Hasyim

Penulis buku Biografi Kiai Yusuf Hasyim itu menyampaikan permohonan maaf, mengingat dirinya bukanlah alumni Tebuireng, meskipun kakaknya merupakan alumni angkatan 1985. Namun, ia menegaskan bahwa inspirasi besar untuk menulis trilogi biografi para masyaikh Pesantren Tebuireng, termasuk KH. M. Yusuf Hasyim, berasal dari pengalaman keluarganya yang sangat dekat dengan Pesantren Tebuireng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kakak saya menempelkan foto KH. M. Hasyim Asyari, KH. Wahid Hasyim, dan Gus Dur di rumah kami. Itulah yang menjadi inspirasi saya untuk menuliskan biografi ini, dan alhamdulillah mendapatkan apresiasi dari Gus Sholah,” lanjutnya.

Selama seminar, Sastrawan dari Kalangan Nahdliyyin itu, menjelaskan empat buku yang sedang dipersiapkan, dengan salah satunya berjudul Biografi KH. M. Yusuf Hasyim: Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren. Buku lainnya mencakup biografi singkat tentang KH. Yusuf Hasyim dan biografi dalam angka, yang merinci perjalanan hidup beliau dari lahir hingga wafat.

Di samping itu, alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu juga menyiapkan buku biografi dalam bentuk novel yang menggambarkan kisah kehidupan keras Kiai Yusuf Hasyim, terutama dalam menghadapi pergolakan yang disebabkan oleh PKI.

“Buku ini banyak mengungkapkan sisi kemanusiaan Kiai Yusuf Hasyim, termasuk kisah percintaan antara beliau dan Bu Nyai Siti Bariyah. Banyak bagian dalam buku ini yang membuat kami terharu, terutama menggambarkan betapa kejamnya PKI pada masa itu,” jelas pria kelahiran Lamongan, yang mengaku berkali-kali merasakan emosi mendalam saat menulis biografi ini.

Selain itu, ia juga mengungkapkan pentingnya peran KH. Yusuf Hasyim dalam pendidikan di pesantren. Beliau adalah pelopor pendidikan umum di pesantren, yang menjadi dasar bagi sistem pendidikan modern di banyak pesantren saat ini.

Dr. Aguk melanjutkan dengan menjelaskan pemikiran KH. Yusuf Hasyim yang sangat mendalam tentang hubungan antara agama dan negara. Menurut beliau, tidak ada dikotomi antara agama Islam dan nasionalisme Indonesia. “Islam dan Indonesia adalah satu kesatuan, seperti api dan panasnya, seperti gula dan manisnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan,” tegasnya mengutip pemikiran Kiai Yusuf Hasyim tentang kesatuan antara Islam dan Indonesia.

Pernyataan tersebut juga mencerminkan pandangan Kiai Yusuf Hasyim tentang konsep wasathiyah atau moderasi, yang mencakup cinta tanah air (hubbul wathan) dan semangat untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan, baik penjajahan fisik maupun mental.

Seminar ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Gubernur Jawa Timur, yang dalam sambutannya menyebutkan bahwa Pesantren Tebuireng merupakan “jendela bangsa Indonesia” dan miniatur perjuangan bangsa.

Dari berbagai buku yang tengah disiapkan, Dr. Aguk Irawan berharap biografi KH. M. Yusuf Hasyim dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kiprah dan pemikiran beliau dalam menjaga ideologi NKRI dan memajukan pendidikan di pesantren.



Pewarta: Dimas Setyawan