
Tebuireng.online— Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA) Pondok Putri Pesantren Tebuireng tahun ajaran 2025–2026 resmi ditutup pada Senin (7/7/2025) dalam sebuah acara yang digelar meriah di aula pondok. Mengusung tema “Pesantren = Rumah bagi Pemimpin Masa Depan”, kegiatan ini menandai akhir dari rangkaian acara MOSBA yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Acara penutupan ini dihadiri oleh jajaran dzuriyah Pesantren Tebuireng serta para santri baru. Suasana berlangsung khidmat dan penuh kehangatan, mencerminkan semangat kekeluargaan yang ditanamkan sejak awal oleh pesantren.
Baca Juga: Kenalkan Santri Pondok Putri tentang Ketebuirengan, Gus Mirza Tegaskan Ini
Dalam kesempatan tersebut, salah satu peserta MOSBA, Zahrotin Awalina Nurrohmah, menyampaikan testimoni mewakili seluruh santri baru. Ia mengungkapkan kesan pertamanya sebagai santri yang untuk pertama kalinya hidup jauh dari rumah.
“Saya mewakili peserta MOSBA. Perasaan saya yang baru pertama kali mondok dan jauh dari rumah itu kadang-kadang takut, tapi berkat adanya MOSBA saya jadi tidak takut. Bahkan saya tidak kepikiran lagi ingin pulang, karena MOSBA-nya seru banget dan menyenangkan,” tuturnya dengan antusias.
KH. Fahmi Amrullah Hadziq dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjadikan pesantren sebagai rumah kedua bagi para santri. Ia juga berbagi pengalaman pribadi yang menyentuh, di mana banyak wali santri merasa anak-anak mereka terlalu betah hingga enggan pulang.
“Saya pernah, dua sampai tiga tahun lalu, ada ibu-ibu yang datang dan menangis karena anaknya tidak mau disambangi. Saking betahnya di pondok. Maka jadikan pondok ini rumah kedua. Abi dan Umi sebagai orang tua kalian, ustadzah sebagai kakak, agar suasana pondok menjadi hangat dan penuh cinta,” ungkapnya.
Baca Juga: Pondok Putri Tebuireng Gelar MOSBA 2025 dengan Semangat Kepemimpinan
Gus Fahmi juga memperkenalkan makna dari kata BERKAH sebagai prinsip dasar kehidupan santri:
- B: Berilmu, dengan semangat belajar yang tinggi.
- E: Etika, yakni akhlak mulia yang harus diamalkan, bukan sekadar dipelajari.
- R: Religius, yang tercermin dari sikap sehari-hari, bukan hanya dari penampilan.
- K: Kreatif, mampu menyelesaikan masalah dan menemukan ide-ide baru.
- A: Amal Sholeh, perbuatan baik yang menjadi nilai utama dalam kehidupan santri.
- H: Hikmah, Hikmah adalah pemahaman mendalam terhadap apa yang dipelajari.
Acara ditutup dengan doa dan pesan dari Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya memadukan ilmu agama dengan pengetahuan umum agar para santri dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Baca Juga: MOSBA 2025, Santri Pondok Putri Tebuireng Belajar Nilai Ubudiyah dan Akhlak
“Di sini kita belajar kitab-kitab agama dan berbagai ilmu lainnya. Setelah dari sini, kalian bisa melanjutkan kuliah dengan jurusan apa pun: dokter, insinyur, atau lainnya. Yang penting, semua itu kelak berguna saat kalian kembali ke masyarakat,” ujar Gus Kikin.
Beliau juga menekankan bahwa pesantren tidak hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga tempat untuk membentuk karakter dan mengenal Tuhan serta lingkungan sekitar.
Pewarta: Ayu Amalia
Editor: Rara Zarary