
Tebuireng.online– Memasuki hari kedua kegiatan Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA), Pondok Putri Pesantren Tebuireng menyuguhkan sejumlah materi penting untuk membekali para santri baru dalam menjalani kehidupan pesantren. Selama dua hari, yakni 5–6 Juli 2025, panitia MOSBA menjadwalkan lima materi utama yang dirancang untuk mengenalkan sistem dan kultur pondok.
Pada Jumat (5/7/2025), para santri menerima materi pertama yang membahas kegiatan harian pondok, disampaikan oleh Divisi Majelis Ilmi Putri. Materi ini menjadi fondasi awal agar santri memahami ritme kehidupan sehari-hari di pesantren, mulai dari aspek ibadah, pembelajaran, hingga kegiatan pembinaan pribadi.
Ustadzah Nurul, selaku pemateri, menjelaskan bahwa santri akan menjalani rutinitas yang padat namun terstruktur. Salah satu kegiatan utama adalah PBS (Pengajian Ba’da Subuh) yang berlangsung setiap pagi mulai pukul 04.50 hingga 05.30. Dalam sesi ini, santri dibagi dalam kelompok kecil untuk mendalami ilmu tajwid.
Baca Juga: Santri Baru Lebih Dekat dengan Lingkungan Pesantren, Pondok Putra Gelar MOSBA
“Yang pasti belajar seputar ilmu tajwid. A, B, C & D,” bunyi salah satu slide presentasi yang ditampilkan kepada para santri.
Kegiatan pengajian juga berlangsung setiap malam, termasuk Takhasus, yaitu program khusus yang dipimpin langsung oleh KH. Fahmi Amrullah Hadziq, Kepala Pondok Putri Tebuireng. Takhasus ini dilaksanakan setiap ba’da Maghrib dengan kajian kitab Fathul Qorib. Selain itu, tersedia pula kelas peminatan lainnya, seperti pembinaan Bahasa Arab dan Inggris, kelas tahfidz, serta kajian kitab kuning.
“Takhasus, Kitab, Bahasa, Tahfidz, kitab kuning itu adalah kelas peminatan yang ada di sini,” ujar salah satu panitia saat menjelaskan kepada santri baru.
Disiplin ibadah juga menjadi perhatian utama pondok. Santri wajib mengikuti sholat berjamaah lima waktu, dengan ketentuan Subuh, Ashar, Maghrib, dan Isya’ dilaksanakan di masjid, sementara Dzuhur dilakukan di kamar masing-masing.
“Yang pasti sholat lima waktu wajib berjamaah, akan tetapi empat waktu (Subuh, Ashar, Maghrib, Isya’) wajib di masjid, dan satu waktu (Dzuhur) di kamar masing-masing,” tegas panitia.
Pada sore hari, santri mengikuti pengajian Diniyah ba’da Ashar mulai pukul 15.30 hingga 16.50. Pembagian kamar pun telah disesuaikan berdasarkan program: kamar Nyai Masruroh bawah untuk kelas Bahasa, Nyai Nafiqoh bawah untuk kelas Kitab, dan Nyai Nafiqoh atas untuk Tahfidz.
Baca Juga: Pondok Putri Tebuireng Gelar MOSBA 2025 dengan Semangat Kepemimpinan
Selain itu, kegiatan bandongan kitab menjadi salah satu tradisi pembelajaran lisan yang tetap dilestarikan. Bandongan dilaksanakan setiap Selasa ba’da Maghrib, serta Jumat dan Sabtu ba’da Isya’, yang memungkinkan santri mendengarkan langsung penjelasan kitab dari para pengasuh.
Sistem administrasi juga diperkenalkan kepada santri baru, termasuk prosedur pengajuan surat rekomendasi, dokumen resmi izin tidak mengikuti kegiatan karena sakit atau keperluan mendesak. “Jika pembelian surat rekom tidak boleh telat satu hari setelah sembuh atau balik pondok, apabila telat maka surat rekom dianggap hangus atau alfa,” jelas panitia.
Sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian para santri, pondok juga menyelenggarakan tiga jenis wisuda tahunan: Wisuda Juz Amma bagi pemula, Wisuda Binnadhor untuk santri tingkat menengah, dan Wisuda Purna untuk santri akhir kelas IX dan XII.
Berdasarkan pengenalan sistem kehidupan pondok ini, diharapkan para santri baru mampu menyesuaikan diri dan menjalani hari-hari mereka dengan penuh kedisiplinan, tanggung jawab, serta semangat spiritualitas.
Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary