
Tebuireng.online- Kamis (03/07/2025), Pesantren Tebuireng Jombang menggelar silaturahmi pengasuh dan wali santri baru. Kegiatan berlangsung di Masjid Ulul Albab dengan dihadiri ribuan wali santri dari 25 provinsi, tampak hadir pula KH. Abdul Hakim Mahfudz, Nyai Hj. Lelly Lailiyah Hakim, KH. Fahmi Amrullah Hadziq, serta dewan guru dari berbagai unit Pesantren Tebuireng.
Ir. KH. Abdul Ghofar selaku Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng, dalam sesi laporan jumlah santri baru dan pengenalan lembaga pendidikan di Tebuireng, menyampaikan bahwa sejak dibukanya pendaftaran pada bulan Oktober 2024 hingga Mei 2025, sebanyak 2.839 calon santri telah mendaftar. Namun, hanya 1.939 santri yang diterima, dan paling banyak didominasi oleh unit SMP Abdul Wahid Hasyim. Abdul Ghofar juga mengungkapkan rasa syukurnya karena sejak dibuka, pendaftaran hingga penerimaan santri baru berjalan lancar. Jumlah 1.939 ini merupakan total keseluruhan baik dari pondok putra dan pondok putri Pesantren Tebuireng, Pesantren Sains Tebuireng, dan Pesantren Tebuireng Kesamben.
“Alhamdulillah, semua bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
KH. Imam Pituduh (mantan Wasekjen PBNU, wali dari Gabriel Muhammad Kaiser Pitunegari dari unit SMP AWH), dalam sambutannya mewakili wali santri baru, mengatakan bahwa gelar santri adalah sebuah gelar yang tidak akan ada habisnya, bahkan menurutnya sampai hari akhir, santri tetap dikatakan santri.
“Santri sampai hari kiamat tetap santri.”
Ia mengajak untuk bersyukur menjadi wali santri di Tebuireng yang telah melahirkan banyak ulama. Menurutnya, ketika memondokkan anak di pesantren, yang menjadi santri bukan hanya anak, tetapi juga orang tua. Hal ini berkaitan dengan istilah barokah.
H. Lukman Hakim selaku Mudir Bidang Pembinaan Pondok Pesantren Tebuireng menyampaikan, jika dalam melayani dan mendidik terdapat kekurangan, mewakili Pesantren Tebuireng, ia meminta maaf. Pesantren Tebuireng terus mengupayakan yang terbaik untuk santri. Ia juga berharap doa dari para wali santri.
“Doa fatihah untuk anak kita, kiai kita, guru-guru kita.”
Sementara itu, KH. Abdul Hakim Mahfudz, atau biasa disapa Kiai Kikin selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng, pada awal sambutannya menerangkan bahwa setiap tahun Pesantren Tebuireng tidak mampu menerima seluruh pendaftar calon santri karena keterbatasan fasilitas. Namun, Kiai Kikin juga menjelaskan bahwa Pesantren Tebuireng senantiasa berupaya meningkatkan fasilitas, khususnya asrama.
“Setiap tahun tidak mampu semua pendaftar kami terima. Kami selalu berusaha meningkatkan fasilitas Pesantren Tebuireng, khususnya asrama.”
Kiai Kikin berharap apa yang diharapkan wali santri dapat diijabah Allah SWT. Menurut beliau, di zaman sekarang teknologi adalah sebuah tuntutan yang harus dikuasai. Salah satu caranya adalah dengan membangun karakter agar tidak tergerus oleh zaman. Di Pesantren Tebuireng tidak hanya membangun karakter, tetapi juga belajar dan berusaha mempertahankan apa yang telah diperjuangkan KH. Hasyim Asy’ari.
Salah satu wali santri bernama Yani, asal Semawang, mengungkapkan bahwa menjadi santri di Pesantren Tebuireng adalah keinginan putranya sendiri. Menurut putranya, yang juga merupakan alumnus MTs SS, untuk memperoleh barokah, setidaknya harus menjadi santri selama enam tahun.
“Kemauan anak mau mondok di sini, Alhamdulillah melanjutkan kata gurunya, kalau tidak enam tahun tidak berkah. Sudah saya tawarkan di luar, tidak mau. Dia mau cari keberkahan katanya,” ungkap Yani menceritakan alasan putranya.
Yani juga mengaku memiliki kesan yang baik selama menjadi wali santri. Menurutnya, pelayanan yang diberikan Pesantren Tebuireng sangat bagus.
“Luar biasa, ustaz-ustazah, kiai baik semua. Apa yang dikeluhkan santri langsung dapat penanganan, tidak berlarut-larut.”
Lebih lanjut, ia berharap ilmu yang telah didapat setelah lulus mondok di Tebuireng dapat bermanfaat untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Baca Juga: Kiai Kikin Berpesan untuk Menjaga dan Mengamalkan Warisan Hadratussyaikh
Pewarta: Ilvi Mariana
Editor: Muh Sutan