Ilustrasi air mata dalam puisi (sumber: sastramediacom)

Pelindung di Kala Sunyi
Di saat dunia memalingkan muka
Kau hadir tanpa suara
Tak membawa pelipur dalam bentuk hadiah
Hanya pelukan tulus dan senyum yang jujur

Langkahmu tak mendahului
Tak pula meninggalkan
Kau berjalan sejajar
Menjaga luka agar tak makin dalam

Kau tahu, aku tak butuh banyak kata
Hanya keberadaan yang tak berpura-pura
Dan dalam dirimu

Aku temukan rumah yang tak punya pintu
Selalu terbuka untukku


Luka di Punggung
Kau ucapkan janji di atas tawa
Lalu menanam duri saat aku lengah
Tanganmu menggenggam erat seolah saudara
Nyatanya menggenggam belati juga

Kau tahu segalanya
Tentang gelapku, tentang rapuhku
Dan justru itu yang kau gunakan
Untuk menjatuhkan aku

Kini aku tahu
Tak semua yang datang membawa cahaya
Kadang, yang paling ramah
Adalah yang paling pandai membakar diam-diam


Wajah di Balik Wajah
Kau tampil manis di pagi hari
Berbagi cerita, tawa, dan kopi
Tapi saat malam menjemput
Topengmu perlahan menyeringai

Kau pandai meniru empati
Seperti aktor yang hafal dialog palsu
Kau hadir di sisiku
Tapi tak pernah benar-benar bersamaku

Betapa sulit mengenali
Mana wajah dan mana topeng
Karena kau telah menjahit keduanya
Dengan benang kebohongan yang halus

Namun kini
Mata hatiku mulai terbuka
Dan meski kau masih tersenyum
Aku takkan tertipu lagi



Penulis: Albii
Editor: Rara Zarary

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online