Manusia pada dasarnya hidup bukan hanya sekedar untuk mengumpulkan harta dunia dan memuaskan hawa nafsu belaka, melainkan ada tugas yang Allah berikan sesuai dengan penciptaannya. Tugas yang dimaksud yaitu ta’abbud yaitu menghamba dan beribadah kepada-Nya. Salah satu bentuk penghambaan kaum muslimin yang nyata ialah dengan istiqamah menjalankan perintah shalat 5 kali dalam sehari semalam.

Shalat menjadi perintah wajib dan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak. Apabila shalatnya baik, maka baiklah seluruh amal ibadahnya. Sebaliknya apabila shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amal ibadahnya. Shalat juga menjadi pembeda antara muslim dan kafir, menjadi tiangnya agama dan ibadah dengan nilai tertinggi di sisi Allah Ta’ala. Apalah gunanya hidup tapi ingkar dari perintah shalat, layaknya lagu tahun 90-an yang akrab kita dengar “walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya.”

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana melihatku shalat.” (H.R. Al-Bukhari).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Rasulullah sudah memberi tuntunan untuk mengikuti tata cara shalat yang sudah beliau contohkan, namun faktanya dalam keseharian banyak sekali kita jumpai yang tak sesuai dengan apa yang nabi contohkan. Selain itu, banyak kita temukan karakteristik dan tipe-tipe orang yang melaksanakan shalat. Ada yang sering masbuq, ada yang selesai shalat langsung ‘hilang’ tanpa berdzikir terlebih dahulu dan lain sebagainya.

Al-Quran sebagai kalamullah merupakan kitab yang sempurna dan sudah meramalkan hal ini sejak 14 abad yang lalu. Ada beberapa karakteristik atau model shalatnya manusia, karakteristik ini menjadi representasi seluruh model shalat manusia yang ada di seluruh dunia. Setidaknya ada 4 karakteristik shalat manusia menurut pandangan al-Quran, di antaranya:

  1. Mabuk/tidak sadar (Sukara – QS. An-Nisa [4]: 43)

يايُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكٰرٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ…

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati shalat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan…”

Secara tekstual kata sukara dalam ayat ini merupakan mabuk dalam arti yang sesungguhnya. Namun ada juga pendapat para ulama tafsir yang memberikan pendapat yang berbeda.

Menurut Imam Al-Qurthubi kata sukara berarti mabuk yang diakibatkan meminum khamr hingga hilangnya kesadaran. Beliau juga mengutip pendapat lain dari Imam Ad-Dahhaq bin Muhazim yang berpandangan bahwa hilangnya kesadaran yang dimaksud akibat rasa kantuk yang menyebabkan seseorang ngelantur dalam shalatnya. Selain itu menurut ‘Ubaidah Al-Salmani juga mengatakan bahwa hilangnya kesadaran tersebut akibat kebelet menahan buang angin atau buang air.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin sendiri berpandangan bahwa kata sukara tersebut bermakna hilangnya konsentrasi akibat keragu-raguan dalam hati dan cinta dunia yang berlebihan. Imam Ath-Thabari juga menerangkan bahwa lafaz sukara ini tak bisa serta merta hanya boleh dipahami dengan arti gila atau tak sadar saja, karena pada dasarnya perintah shalat tidak berlaku bagi orang gila dan orang yang hilang akal.

  1. Malas (Kusala – QS. An-Nisa [4]: 142)

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Ciri-ciri orang munafik dalam shalat terlihat jelas berdasarkan ayat ini dan malas merupakan salah satunya. Kedua, shalat karena riya ingin dipuji oleh manusia yang melihatnya. Ketiga, mereka sedikit sekali dalam mengingat Allah. Siapa pun yang termasuk ke dalam salah satu ciri-ciri ini maka ia termasuk ke dalam orang munafik. Orang yang malas mengerjakan shalat sudah menjadi rahasia umum yang banyak kita saksikan sehari-hari.

  1. Lalai (Sahun – QS. Al-Ma’un [107]: 5)

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya.”

Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS) lalai dalam ayat ini mengandung dua makna yaitu yang pertama, lalai karena meninggalkan perintah shalat. Kedua, lalai saat sedang melaksanakan shalat seperti tidak khusyu’, pikiran melayang-layang, mata tidak melihat ke arah tempat sujud dan lain sebagainya.

Sementara itu Al-Hafidz Imam Ibnu Katsir memberikan ciri-ciri orang yang lalai dalam shalat yaitu pertama, suka menunda-nunda hingga mengakhirkannya menjelang waktu shalat berikutnya. Kedua, mengabaikan syarat sah dan rukun shalat dan terakhir, tidak khusyu’ dan tidak menghayati makna bacaan sholat.

  1. Tenang dan takut (Khusyu’ – QS. Al-Mukminun [23]: 1-2)

قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙ الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَ

Artinya: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya.”

Khusyu’ secara bahasa berarti takut, maksudnya seseorang yang mengerjakan shalat hatinya dipenuhi rasa harap dan takut hanya kepada Allah. Khusyu’ dalam shalat merupakan perkara yang sangat berat, jika ada mampu melakukannya maka ia termasuk ke dalam orang yang memiliki keimanan yang sempurna. Terkhusus untuk orang awam atau muallaf pastinya mustahil untuk dilakukan.

Syeikh ’Ala’udin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi dalam kitab tafsir Al-Khazin berpendapat khusyu’ ialah fokus berkonsentrasi dan memalingkan segala perkara selain dari mengingat Allah baik berupa bacaan shalat dan dzikir.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ lalu menerangkan bahwa tidak mungkin seseorang menghadirkan hati dalam seluruh gerakan shalatnya. Minimal seseorang tersebut bisa khusyu’ mengingat Allah semampunya walaupun hanya sesaat saja, maka itu sudah cukup baginya.

Itulah 4 karakteristik shalatnya manusia dan khusyu’ satu-satunya karakteristik shalat yang harus kita usahakan. Shalat khusyu’ tidaklah sulit apabila mengikuti apa yang dijelaskan oleh Imam Ghazali, mari kita laksanakan semampu kita sesuai dengan kesanggupan kita walaupun hanya saat takbiratul ihram, wallahu a’lam.

Baca Juga: Sholat sebagai Oase Ketentraman di Tengah Kehidupan yang Serba Cepat

Penulis: Muhammad Adib

Editor: Muh Sutan