Ilustrasi seseorang dan kesunyian hidupnya (sumber: nggalekco)

Di Bawah Langit Palestina

Dalam derak runtuh rumah dan jerit anak yang kehilangan ibu
ada desir angin yang membawa ayat-ayat dari langit
mereka mendongak
tanpa perlindungan
namun tetap menggenggam harapan seerat nadi sendiri

langit yang terbuka seperti luka
menumpahkan malam lebih pekat dari kematian
namun dari sana juga
kami kirimkan kata-kata yang menjelma doa
melewati asap dan bara
menyelinap di sela peluru yang mencari dada

ya Rabb yang menggenggam segala luka
lihatlah Gaza yang berkabung tak pernah henti
lihatlah tangan kecil yang memeluk batu seolah ayah
lihatlah wanita yang berdiri di antara reruntuhan
bukan lagi bertanya mengapa
tapi bagaimana bertahan

bumi ini saksi
bahwa mereka bukan mati sia-sia
setiap syahid menumbuhkan bunga dari tanah yang disiram darah
setiap tangis adalah wudhu untuk bangkit
dan setiap sujud adalah bentuk tertinggi dari keberanian

maka kupanjatkan doa
tak dengan lidah tapi dengan seluruh tubuh
ya Allah
beri mereka pelindung dari langitMu
beri mereka damai yang tak bisa dicuri rudal
beri mereka pagi yang lahir dari keadilan

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online


Kisah dari Masa Lalu

Kami yang dahulu tiarap di kaki sejarah
dilupakan di kolom akhir surat kabar
kami yang bernama kecil dalam buku besar
kami kini membuka mata
dan dunia harus melihat

dengan tangan yang dulu gemetar menahan lapar
kami gali harapan dari tanah kering
dengan suara yang dulu tercekat karena takut
kami kini berteriak
bukan untuk menggugat
tapi untuk mengatakan
kami ada
kami manusia

hari ini kami berjalan meski tertatih
menyatukan puing puing harga diri
kami menanam keberanian di dada anak anak kami
agar tumbuh pohon kebenaran yang tak mudah tumbang

kami tahu dunia ini tak ramah bagi yang lemah
tapi kami juga tahu
kebenaran punya cara sendiri untuk menang
dan kami memilih berdiri
di sisi yang tak mudah
tapi benar



Perjuangan di Tengah Badai

Di tengah dunia yang meradang
di antara ledakan opini dan senjata kata
kami mencoba melangkah
bukan sebagai pahlawan
tapi sebagai manusia yang ingin hidup dalam damai

bangsa ini dulu dikoyak oleh amarah
oleh kerakusan yang menyamar sebagai janji
kami dijatuhkan oleh tangan kami sendiri
hingga tersungkur dalam kubangan bising

tapi kini kami bangun
dengan mata penuh cahaya
bukan dari lampu kota
tapi dari mimpi mimpi rakyat yang tak padam

kami bersihkan debu dari kitab sejarah
kami baca ulang makna persatuan
kami rangkai kembali tali yang putus
antara yang tua dan muda
antara yang marah dan yang memaafkan

bukan mudah
karena kedamaian adalah medan perang juga
bukan perang senjata
tapi melawan ego
melawan amnesia kita sendiri

bangsa kami akan maju
bukan dengan pijakan pada yang tumbang
tapi dengan saling memanggul dalam badai



Penulis: Albii

Editor: Rara Zarary