Ilustrasi toxic parenting (sumber: kompasianacom)

Dalam setiap keluarga, pasti memiliki prinsip yang berbeda. Termasuk dalam pola asuh orang tua yang sangat berperan penting supaya dapat membentuk karekter dan kepribadian anak. Orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Tapi tak banyak dari orang tua yang tau bahwa ambisi ingin memberikan yang terbaik untuk anak itu adalah bagian dari toxic parenting.

Ada akalanya memang niat yang menurut orang tua sangat baik bisa membawa dampak yang negatif. Baik menurut orang tua belum tentu baik juga dalam diri sang anak. Karena dalam kehidupan, anaklah yang akan menjalani. Memang peran dan dukungan dari orang tua sangatlah penting. Namun, bukan paksaan yang diberikan oleh orang tua tetapi masukan atau saran ketika sang anak sedang kebingungan atau sedang tidak tau kemana arah akan melangkah.

Baca Juga: Prinsip Perkembangan dan Peran Orang Tua dalam Parenting Modern

Menurut tulisan dari Adhenda Madarina yang telah ditinjau oleh dr. Damar Upahita dan telah di update di laman hellosehat.com, Toxic Parenting adalah penerapan pola asuh orangtua yang mengacu pada perilaku yang tidak baik dan berdampak buruk bagi anak, baik secara mental maupun fisik.

Orang tua yang overprotektif, punya  ekspetasi yang tinggi terhadap anak, egois dengan dalih ini yang terbaik bagi anak itu juga termasuk toxic parenting. Atau juga terlalu ikut campur dalam urusan sang anak, sehingga anak menjadi stress dan tidak bisa menentukan pilihannya sendiri. dan juga orang tua yang terlalu membiarkana anaknya dalam menetukan pilihannya sendiri sehingga anak kehilangan arah dan berperilaku sesukanya saja.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebab, segala susatu yang berdifat toxic parenting akan menjadi penyakit, dan ini akan menuruun dari generasi ke generasi. Oleh karena itu kita harus memahami dan mengenal ciri-ciri dari toxic  parenting ini agar supaya kita bisa memperbaiki dan mempelajari ilmu parenting dengan lebih  baik lagi.

Baca Juga: Meneladani Parenting dari Ali bin Abi Thalib

  1. Sering menyalahkan anak

Terus menerus menyalahkan anak atas semua hal buruk di dalam keluarga sehingga membuat anak tumbuh menjadi pribadi penakut karena dibuat merasa bersalah. Menyalahkan anak karena gagal tidak mencapai target yang teah diberikan oleh orang tua. Dapat memberikan dampak yang buruk. Karena terkadang anak ketika gagal seharusnya divalidasi dan diberikaan motivasi agar anak dapat memberikan hasil dari target tersebut dengan semangat dan optimis.

  1. Mengabaikan anak

Orang tua lebih cenderung dan membiarkan anak berkembang dengan sendiri. oraang tua semacam ini memiliki pola asuh serta respon yang rendah terhadap anak. Sehingga anak merasa bingung ketika dihadapkna dengan beberapa pilihan dalam hidup. Karena hakikatnya anak itu masih ingin di bimbing dan di beri saran atau nasehat dari orang tua.

  1. Memberikan kritik yang kejam kepada anak

Sering terjadi jika pencapaian anak tidak sesuai dengan keinginan orangtua sehingga membuat anak ini merasa insecure. Dan jika berkelanjutkan akan menimbulkan emosi dan stress.

  1. Penerapan silent treatment

Kata-kata kasar memang sangat menyakitkan namun jika berdiam saja lebih menyakitkan karena pada penerapan hal negatif ini berdampak pada anak yang hidup sesukanya saja karena tidak sadar akan kesalahan yang telah diperbuat. Sebab, tidak terjadinya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Padahal komunikasi orangtua anata anak sangatlah oenting dalam keluarga agar anak juga merasa diperhatikan oleh orang tua

  1. Mengungkit biaya yang telah diberikan kepada anak

Hal ini sering sekali dijadikan landasan agar anak mau mneurut dan mengikuti kemauan orang tua. Tanpa sadar bahwa ini akan menjadi pemicu anak merasa terbebani. Sehingga fokusnya anak terbagi dengan memikirkaan biaya. Anak yang seharusnya fokus belajar, malah terbagi dengan bagaimana cara mencari uang setelah sekolah supaya bisa menafkahi atau tidak membebani orang tua.

Baca Juga: Mengatasi Toxic Parenting

Dan masih banyak lagi ciri-ciri yang lainnya. Dengan kita mengetahui ciri-ciri tersebut dapat membuat para orang tua bisa mengerti dan paham bahwa anak juga butuh parenting yang baik dengan sesuai dengan kondisi mental sang anak. Tidak semua kemauan orang tua harus bisa dipenuhi oleh sang anak. Karena sang anak memiliki atas pilihan dalam kehidupannya



Penulis: Nabila Rahayu
Editor: Rara Zarary