
Pada suatu hari diiceritakan bahwa Nabi Muhammad berjalan untuk melakukan Shalat ‘Id sebagaimana pada biasanya. Di pertengahan jalan beliau bertemu anak- anak kecil yang sedang bermain-main secara riang gembira. Akan tetapi diantara mereka terdapat anak kecil yang duduk sambil menangis di suatu tempat, ia mengenakan baju compang-camping dan teramat tidak terurus, sebagaimana anak-anak lainnya.
“Wahai anak kecil, Kenapa engkau menangis sendirian dan tidak bermain-main dengan teman-temanmu lainnya?” tanya Nabi.
“Pergilah kamu dariku, wahai orang laki-laki yang tak kukenal! -dia tidak mengerti bahwa yang bertanya itu adalah Nabi Muhammad 一 sungguh ayahku telah meninggal dalam suatu peperangan bersama Nabi Muhammad. Kemudian ibuku menikah lagi dengan laki-laki lain, dan dia memakan hartaku sampai habis. Kemudian dia mengusir aku dari rumahnya sehingga aku tidak mempunyai makanan, minuman, dan rumah yang aku gunakan untuk bertempat tinggal. Setelah aku melihat anak-anak kecil yang masih mempunyai bapak sedang bermain-main dengan mengenakan baju baru, maka timbul kembali rasa susah dan musibah pada diriku. Karena itulah aku menangis.” jawab anak itu.
Nabi Muhammad kemudian memegang tangannya seraya berkata dengan nada yang sangat lembut kepada anak itu “Apakah engkau merasa senang dan rela jika seandainya aku menjadi ayahmu, dan ‘Aishah menjadi ibumu, Fâțimah menjadi saudara perempuanmu, ‘Âlî menjadi pamanmu, dan Hasan Husain menjadi saudaramu?”
“Bagaimana aku tidak rela dan tidak menerima, duhai Rasûlallâh?” jawab anak tersebut setelah ia mengetahui bahwa orang yang di hadapannya itu Rasulullah.
Kemudian Nabi Muhammad membawa anak tersebut ke rumah dan memberinya pakaian yang sangat bagus, meriasnya dengan praktis, memberinya makanan sehingga anak itu kembali riang dan gembira. Kemudian keluar sambil tertawa dan berlari-lari menemui teman-teman sebayanya.
Ketika mereka melihat anak itu tampak senang dan gembira, mereka bertanya, “hei kenapa engkau sekarang tampak begitu senang, padahal sebelumnya kau selalu menangis dan bersedih?””
“Mungkin dulu aku lapar sekarang aku kenyang, dulu aku telanjang sekarang aku berpakaian, dulu aku anak yatim sekarang Rasulullah menjadi ayahku, ‘Aishah menjadi ibuku, dan ‘Âlî menjadi pamanku.” jawabnya.
“Alangkah senangnya kami, seandainya ayah-ayah kami gugur dalam medan pertempuran itu sehingga kami menjadi seperti anak itu.” ungkap mereka semua.
Anak itu seterusnya berkumpul dengan Nabi sampai beliau wafat. Kemudian keluarlah anak itu sambil menangis dan menaburkan debu di atas kepalanya sambil berkata “Sekarang aku menjadi yatim lagi, sekarang aku menjadi pengembara.” Ketika itu Abû Bakr melihatnya, kemudian merangkulnya dan seterusnya anak itu menjadi anak asuhnya.
Penulis: Dimas Setyawan Saputro
Editor: Rara Zarary