Sebuah ilustrasi (sumber: pngtree)

Kelak
Kelak, tubuhku pun menjadi tanah
yang lemah
menengadah
jauh
ke dada langit, yang menyimpan haru
dan wajah ibu.

Maka bila kelak di tanah lain
usiaku telah tanak
doa-doa kupanjangkan
agar Tuhan
membawaku ke tamannya yang rindang.

Malang, 2024.


Surga yang dirompalkan Pengurai
Telapak kakimu ialah altar rompal
diretakkan waktu
dirapuhkan musim
kutemukan sebentang halaman niskala

aku menari di atasnya
menyusuri danau hijau
ikan-ikan yang gemar menerbangkan tubuh
dan burung-burung yang berlabuh jauh.

Di telapak kakimu kutemukan sebentang halaman rumah
rumah yang menyimpan sedihku juga sedihmu
ketika kita menjadi sepasang darah
meneruskan napas pitarah.

Telapak kakimu ialah kampung halaman
ketika tubuhku renta dan Tuhan gemar membisikan rahasia
di setiap ujung petang
tentang sayap dan hari-hari depan yang suram.

Kuhirup bau hujan di telapak kakimu yang basah
kujumpai taman dengan nisan tugur ditepinya
aku melihatmu terbujur
di kelemahan tanah yang diurapi.

Malang, 2024.


INSOMIA
Telah kubenamkan ia; getir masa lampau
di lautan kapukku yang berwarna biru lebam
agar tiap kali tubuhku rebah serupa sampan
ia berenang sebagai ikan-ikan
yang bersirip parang

Malang, 2024.



Penulis: Ade Kurniawan, Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online