Para santri saat memanjatkan doa (foto: irsyad)

Tanah Ini Pernah Sujud
Tanah ini pernah sujud
pada malam-malam yang tak diketahui siapa
Ketika bumi tertidur lelap
seorang santri menumpahkan rindu dalam doa.

Ia tak mengejar dunia
tapi mencari ridha di balik makna
Kitab di tangan kanan
dzikir di tangan kiri

Air matanya jatuh pelan
menyiram akar keikhlasan
Dan Tuhan pun mencintainya
dalam sepi yang tak dimengerti manusia.


Di Antara Hening dan Hafalan
Ada yang lebih sunyi dari malam
yaitu hati santri yang sedang menghafal Kalam
Dedaunan tak lagi bersuara
bahkan jangkrik pun seakan ikut mendengarkan

Di pesantren, malam bukan waktu tidur
tapi saat ruh berdiri menembus tabir
Surat demi surat, lafaz demi lafaz
disusun rapi menuju langit tanpa jeda.

Di sana, ilmu bukan pajangan
tapi cahaya yang harus dipertanggungjawabkan
Karena setiap ayat yang dihafal
adalah janji kepada Rabbul ‘Alamin yang kekal.


Ijazah dari Langit
Ijazah mereka bukan dari tinta emas
tapi dari air mata dan puas
Guru menepuk punggungnya sambil berkata:
“Semoga engkau jadi lentera di zaman gelap gulita.”

Santri mengangguk, menunduk, dan berangkat
Bukan ke istana, tapi ke pelosok yang tak tampak
Mengajarkan Alif Ba Ta dengan sabar
karena baginya dakwah adalah jalan yang benar

Di langit sana
malaikat mencatat gelar yang tak terlihat manusia
“Muallim fi sabilillah”
itulah ijazahnya.


Matahari pun Bersyahadat
Tatkala azan pertama bergema
bahkan matahari pun ikut bersyahadat
Ia naik perlahan
menyaksikan para santri berwudhu dengan gigil yang penuh iman.

Pesantren tidak mengenal lelah
karena letihnya ditukar dengan pahala yang megah
Mereka tak terkenal
tapi namanya disebut dalam barisan shalihin yang kekal.

Tiap langkah ke masjid adalah saksi
bahwa mereka sedang menuju Rabb mereka sendiri
Bukan harta, bukan gelar
tapi surga yang mereka kejar, sepenuh sadar.


Bait Allah di Dada Santri
Pesantren adalah bait Allah yang kecil
yang dibangun bukan dari batu bata
melainkan dari hati yang selalu bersuci
dan lisan yang terus mengulang ayat Ilahi

Santri bukan cuma pelajar
mereka penjaga warisan Nabi yang sabar
Di jidat mereka, tergurat sajadah
di mata mereka, bercermin akhirat

Kiai tak sekadar mengajar
ia membentuk jiwa agar tak goyah
Dan setiap bilik
menyimpan rahasia langit yang tak bisa dibeli dengan logika publik

Karena di dada santri
berdegup rumah Tuhan yang tak pernah mati.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online


Penulis: Achmad ‘Adzimil Burhan Al-Hanif