
Mengetahui nasab Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya sekadar upaya genealogi. Lebih dari itu, ia adalah salah satu jalan menuju cinta yang utuh kepada sosok sang Rasul. Dalam setiap nama yang tercantum pada nasab suci beliau, terdapat pribadi-pribadi pilihan Allah yang terhormat, memiliki kedudukan yang tinggi dan sama sekali tidak ternodai oleh perilaku keji zaman jahiliah.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi:
وأن الله عز وجل اختاره من أزكى القبائل وأفضل البطون وأطهر الأصلاب، فلا تسلل شيئ من أدران الجاهلية إلى شيئ من نسبه.
Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah memilihnya (Nabi Muhammad) dari Suku yang paling bersih, garis keturunan yang paling suci dan utama. Tidak ada sedikitpun noda-noda jahiliah yang menyelinap masuk ke dalam nasabnya.” (Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah Ma’a Mujazi Li Tariikhi al-Khilafat ar-Rasyidah, hlm. 69, Dar al-Fikr Mu’ashirah).
Penegasan akan kesucian dan kemuliaan nasab Rasulullah ﷺ juga dijelaskan oleh Syekh Muhammad Khudhari Bek dalam karyanya; Nur al-Yaqin, beliau menyampaikan:
ولا تجد في سلسلة آبائه إلا كراماً ليس فيهم مسترذل بل كلهم سادة قادة، وكذلك أمهات آبائه من أرفع قبائلهن شأناً، ولا شك أن شرف النسب وطهارة المولد من شروط النبوة، وكل اجتماع بين آبائه وأمهاته كان شرعياً بحسب الأصول العربية، ولم ينل نسبه شيء من سفاحالجاهلية بل طهره الله من ذلك.
Artinya: “Engkau tidak akan menjumpai dalam mata rantai silsilah Rasulullah kecuali orang-orang mulia; tidak ada seorang pun dari mereka yang tergolong hina, bahkan mereka adalah para pemimpin. Begitu pula silsilah Ibu-ibu dari leluhur Nabi; mereka berasal dari kabilah yang memiliki derajat tinggi. Tidak diragukan lagi bahwa kemuliaan nasab dan kesucian tempat lahir merupakan bagian dari syarat kenabian. Pertemuan atau hubungan yang terjadi diantara bapak-bapak dan ibu-ibu (nenek moyang) nabi merupakan hubungan yang sesuai dengan syari’at menurut prinsip-prinsip bangsa Arab di zamannya. Dan nasabnya tidak terjamah oleh noda-noda jahiliah, bahkan Allah telah mensucikannya dari perbuatan tersebut.” (Muhammad Khudhari Bek, Nur al-Yaqin Fi Siirati Sayyid al-Mursalin, hlm. 16, Maktabah al-‘Ashriyyah).
Dalam hal ini, Dr. Zaid bin Abdul Karim menjelaskan bahwa kesucian dan kemuliaan nasab Rasulullah ﷺ merupakan fakta yang masyhur dalam tradisi bangsa Arab, dan hal itu diakui tidak hanya oleh kalangan muslim, tetapi juga oleh kalangan non-muslim. Penjelasan tersebut dapat dijumpai dalam karya beliau berikut:
يقول المصطفى عن نسبه: (إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل واصطفى قريشاً من كنانة واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم) رواه مسلم. ولقد شهد حتى الأعداء بطهارة هذا النسب ورفعته، فقد سأل هرقل ملك الروم أبا سفيان – عندما كان كافرا – عن نسب الرسول فقال: (هو فينا ذو نسب) رواه البخاري. ولمكانة هذا النسب الكريم لم نجد أحدا من أعداء الرسول طعن في نسبه مع حرصهم الشديد على اختلاق كل ما يمكن أن یشوه سمعته أو ينقص من مقامه الشريف.
Artinya: “Rasulullah bersabda tentang nasabnya: “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari garis keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari garis keturunan Kinanah, dan memilih garis keturunan Quraisy akan Bani Hasyim, dan memilih Aku dari Bani Hasyim”. HR. Muslim. Dan benar-benar disaksikan kesucian dan keagungan nasab ini bahkan oleh para musuh sekali pun, sungguh Kaisar Romawi pernah bertanya kepada Abu Sufyan pada saat beliau belum memeluk Islam; tentang nasab Rasulullah, Abu Sufyan berkata: “Dia adalah orang yang mempunyai nasab mulia di tengah-tengah kami.” HR. Bukhari. Karena kedudukan nasab yang mulia ini, kami tidak menemukan seorang pun dari musuh-musuh Rasulullah yang mencemarkan nama baik nasab beliau, padahal mereka sangat bersemangat untuk merekayasa segala sesuatu yang dapat menurunkan reputasi mulia Rasulullah.” (Dr. Zaid bin Abdul Karim, Fiqh as-Siirah, hlm. 30, Dar ad-Tadmuriyyah).
Hadits yang menerangkan tentang kemuliaan nasab Rasulullah ﷺ juga bisa ditemukan dalam karya ulama Nusantara; Syekh Nawawi al-Bantani, beliau menuturkan:
واستدل بعضهم بقوله لال له ( لَمْ أَزَلْ أُنْقَلُ مِنْ أَصْلَابِ الطَّاهِرِينَ إِلَى أَرْحَامِ الطَّاهِرَاتِ » أن جميع آبائه وجميع أمهاته إلى آدم وحواء ليس فيهم كافر، لأنه لا يوصف بالطهارة إلا المؤمن.
Artinya: “Sebagian ulama mengambil kesimpulan dari sabda Nabi: “Aku senantiasa dipindahkan dari sulbi-sulbi yang suci kepada rahim-rahim yang suci.” bahwa seluruh kakek serta nenek moyang Nabi sampai kepada Nabi Adam dan Hawa tidak ada seorang pun yang kafir di dalamnya, karena tidak akan disifati dengan kesucian kecuali orang-orang yang beriman.” (Nawawi al-Bantani, Syarh Tijan ad-Darari, hlm. 24, Dar al-Kutub al-Islamiyyah).
Selain menjadi sarana untuk menuju cinta, mengetahui nasab Rasulullah ﷺ juga merupakan kewajiban bagi setiap mukallaf, yakni orang yang telah dikenai beban hukum syariat. Hal ini sebagaimana pemaparan dalam kitab Nur adz-Dzalam:
يجب عل كل مكلف معرفة نسبه من جهة أبيه إلى عدنان فقط ومن جهة أمه إلى كلاب فقط إذ ما بعده يشترك فيه نسب أبيه وأمه قاله البيجوري.
Artinya: “Wajib hukumnya atas setiap mukallaf mengetahui nasab Rasulullah dari garis ayahanda beliau sampai ‘Adnan saja dan dari garis ibunda beliau sampai Kilab saja, karena nasab beliau dari garis ayahanda dan ibundanya bertemu pada Kilab dan nasab setelah Kilab adalah sama, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibrahim al-Bajuri.” (Nawawi al-Bantani, Nur adz-Dzalam Syarh ‘Aqidat al-Awam, hlm. 58, Dar al-Kotob al-Ilmiyah).
Sebagaimana telah dijelaskan, mengetahui nasab Rasulullah ﷺ hingga titik tertentu merupakan bagian dari kewajiban syar’i. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal secara urut siapa saja leluhur beliau. Berikut ini adalah urutan nasab Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana tercantum dalam Kifayat al-‘Awam karya Syekh Muhammad al-Fudhali:
Nasab Nabi Muhammad ﷺ dari pihak ayah: Muhammad ﷺ bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan.
Adapun nasab beliau dari pihak ibu: Muhammad ﷺ bin Aminah binti Wahab bin ‘Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, nasab beliau dari pihak ayah dan ibu bertemu pada sosok Kilab.
Sebagai penutup, uraian mengenai fakta seputar nasab Rasulullah ﷺ di atas, semoga dapat menumbuhkan kecintaan yang tulus kepada beliau, mendorong kita meneladani akhlaknya yang mulia, serta menjaga ajaran yang diwariskannya hingga akhir hayat. Wallahu’alam
Baca Juga: Memahami Nasab, Nama, dan Julukan Nabi Muhammad SAW
Penulis: Kamil Sami Al Faruq
Editor: Muh Sutan