ilustrasi para muslimah yang belajar.

Aku mencintai masalahku, karena yang mengutus masalahku juga mencintaiku,” adalah sebuah kutipan yang sering dikaitkan dengan puisi Jalaluddin Rumi, yang merupakan gambaran sikap menerima, mencintai segala ujian dan masalah dalam hidup, karena semuanya diyakini berasal dari sang Maha Pencipta yang mencintai hamba-hambaNya.

Kutipan tersebut mencerminkan sikap yang mendalam dalam menerima dan mencintai segala kondisi hidup, baik yang indah maupun yang penuh tantangan. Dalam pandangan Rumi, setiap aspek kehidupan itu tidak terlepas dari kasih sayang Tuhan. Rumi meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar, yang mengajak kita untuk melihat lebih dalam makna di balik setiap kejadian.

Masalah yang kita hadapi bukanlah semata-mata penderitaan yang harus kita tanggung, tetapi juga merupakan bentuk perhatian dan cinta dari Sang Pencipta. Dalam setiap kesulitan yang kita alami, terdapat pelajaran berharga dan kesempatan untuk tumbuh. Rumi mengajak kita untuk mengubah sudut pandang kita, melihat tantangan sebagai bagian integral dari perjalanan spiritual yang mendekatkan kita kepada Tuhan.

Oleh karena itu, mencintai masalah berarti mencintai proses kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita. Ini adalah wujud kepercayaan penuh kepada hikmah dan kasih Tuhan yang tersembunyi di balik setiap ujian yang kita hadapi. Dengan menerima setiap tantangan dan masalah, kita tidak hanya mengembangkan ketahanan, tetapi juga memperdalam hubungan kita dengan Sang Pencipta, memahami bahwa setiap masalah adalah undangan untuk lebih mendekat kepada-Nya.

Baca Juga: Seni Memaafkan Kala Raga Mampu Membalas

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Rumi, cinta adalah kekuatan paling dasar dan kreatif yang menggerakkan alam semesta dan segala isinya. Cinta bukan hanya hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Cinta universal ini menjadi penyebab segala gerakan dan evolusi alam, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, termasuk kehidupan manusia.

Rumi menggambarkan cinta sebagai rahasia ilahi yang membimbing manusia menuju Tuhan dan menjauhkan dari sifat-sifat negatif seperti kesombongan dan egoisme. Cinta juga adalah kekuatan yang mampu mengubah segala hal menjadi lebih baik, seperti mengubah yang pahit menjadi manis dan yang sakit menjadi sehat.

Alhasil, mencintai segenap masalah berarti membuka diri untuk membiarkan cinta ilahi bekerja dalam diri kita. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita diberi kesempatan untuk melihat lebih dalam makna di balik setiap tantangan. Dalam proses ini, cinta yang tulus dari Tuhan dapat mengubah pandangan kita, menjadikan setiap masalah sebagai sebuah pelajaran berharga. Dengan menghadapi kesulitan dengan sikap positif, kita dapat menemukan kekuatan baru yang sebelumnya tidak kita sadari.

Lebih dari sekadar mengatasi tantangan, mencintai masalah juga berarti mengakui bahwa setiap ujian membawa kita lebih dekat kepada pertumbuhan spiritual. Setiap tantangan yang kita hadapi adalah rahmat yang membimbing kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita.

Melalui proses ini, kita belajar untuk bersyukur, mengembangkan ketahanan, dan menemukan keindahan dalam perjalanan hidup yang penuh warna ini. Dengan demikian, cinta ilahi tidak hanya hadir dalam momen-momen bahagia, tetapi juga dalam setiap langkah yang penuh makna di tengah kesulitan, termasuk dalam deretan segenap masalah dalam kehidupan.  Haidar Bagid dalam “Belajar Hidup dari Rumi” menuliskan:

Wujud manusia adalah rumah penginapan
Setiap pagi, tamu baru
Kegembiraan, kesumpekan, kekejaman
Kadang kesadaran-kesadaran sesaat tiba sebagai tamu kejutan
Bahkan jika itu tumpukan kesedihan
Yang ganas sapu semua perkakas rumahmu
Boleh jadi ia bersihkan dirimu
Demi pesona baru

Rumi mengajarkan agar kita tidak melawan atau menghindari perasaan negatif, melainkan menyambutnya dengan hormat karena setiap pengalaman adalah utusan yang membawa pelajaran dan pencerahan. Kesulitan dan masalah dianggap sebagai tamu yang mungkin “mengosongkan rumah” agar bisa diisi dengan sesuatu yang lebih baik dan bermakna. Puisi tersebut mengajak kita untuk mensyukuri dan menerima segala keadaan hidup sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan pertumbuhan jiwa.

Baca Juga: Menahan Amarah Demi Kedamaian Hidup

Mencintai masalah yang datang dari Tuhan berarti mengadopsi sikap pasrah dan penuh kepercayaan pada ketentuan ilahi. Ini adalah bentuk kesadaran spiritual yang tinggi, di mana seseorang tidak hanya menerima takdirnya, tetapi juga melihat setiap peristiwa sebagai bagian dari rencana Tuhan yang penuh kasih.

Sikap ini membebaskan jiwa dari penderitaan batin yang sia-sia dan membuka jalan menuju kebahagiaan dan kedamaian sejati. Rumi juga menekankan bahwa cinta sejati menghilangkan ego dan kebanggaan diri, sehingga jiwa menjadi luhur dan bebas. Dengan mencintai masalah, seseorang belajar untuk tidak terikat pada kondisi duniawi dan ego, melainkan terus tumbuh dalam cintaNya.



Penulis: Silmi Adawiya, Mahasiswa Doktoral UIN Malang.