Ratusan santri Pondok Putri Pesantren Tebuireng ikuti prosesi wisuda. (foto: zidan)

Tebuireng.online— Pondok Putri Pesantren Tebuireng sukses menggelar acara Wisuda Bilghoib ke-7, Binnadhor ke-13, Juz Amma ke-13, serta Wisuda Purna Santri pada Sabtu (24/5/25) malam. Acara sakral ini berlangsung khidmat dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari keluarga besar Tebuireng hingga wali santri, yang berlangsung di lapangan Tebuireng.

Hadir dalam kesempatan tersebut para tokoh penting pondok pesantren seperti Pengasuh Pondok Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz, Nyai Leyli Lailiyah Hakim, Farida Sholahuddin Wahid, Aisyah Muhammad, Gus Fahmi Amrulloh Hadhzik, Ainul Fadhilah, Lukman Hakim BA, serta para ustadz dan ustadzah pengajar Pondok Putri.

Ustadzah Nurul Faizah selaku Ketua Panitia menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran para undangan serta kerja keras seluruh panitia. Ia mengungkapkan bahwa prosesi wisuda kali ini diikuti oleh 368 santri yang telah melewati rangkaian kegiatan pra-wisuda sejak 1 Agustus.

Wisudawati terbaik Pondok Putri Pesantren Tebuireng.

Wakil wali santri, Prof. Dr. KH. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA., menyampaikan pandangannya tentang pentingnya pendidikan Al-Qur’an. Ia menekankan bahwa anak merupakan amanah dari Allah, dan salah satu tanggung jawab orang tua adalah mengenalkan Al-Qur’an sejak dini.

“Karena keterbatasan waktu dan kemampuan orang tua, tugas ini diamanahkan kepada para guru dan ustadz-ustadzah di pesantren yang membimbing anak-anak kita hingga sampai pada titik ini,” ujarnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Fahmi Amrullah Hadzik, menyampaikan pesan inspiratif tentang kisah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang memiliki cita-cita mulia namun belum tercapai semasa hidupnya, yaitu mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur’an.

Baca Juga: Hadiri Wisuda Tebuireng, Ketua MUI Tekankan Hakikat Tanggung Jawab Anak di Orang Tuanya

“Suatu ketika Hadratussyaikh bersilaturahmi ke Kajen, Pati, dan melihat Mbah Yai Salam mengajar anak-anak di TPQ. Beliau meneteskan air mata karena merasa belum mencapai cita-cita itu,” kisah Gus Fahmi.

Ia pun berpesan kepada para wisudawati untuk tidak berhenti belajar setelah hafal, namun juga mengamalkan dan mengajarkan Al-Qur’an. “Siapa yang dekat dengan Al-Qur’an akan menjadi pribadi istimewa. Maka teruslah bermuroja’ah setiap hari,” pesan beliau.

Beberapa wisudawati juga menyampaikan kesan dan harapan mereka. Syania Nabilah Azzahra, wisudawati Purna SLTA asal Sidoarjo, merasa haru sekaligus bahagia. “Senang bisa melewati semua rintangan, dan tentu bakal kangen suasana pondok. Semoga TBI bisa terus mencetak santri berprestasi dunia akhirat,” ungkapnya.

Wisudawan terbaik saat menerima penghargaan dari Pesantren Tebuireng.

Aqila Zakiyyah dari Gresik, wisudawati Bilghoib 10 juz, menyampaikan harapannya untuk terus melanjutkan hafalan saat kuliah nanti. “Saya ingin memakaikan mahkota untuk orang tua saya di akhirat kelak,” katanya dengan penuh haru.

Sementara Aulia Zikri Syarifah dari Semarang (Binnadhor) dan Saskia Fara dari Moker (Juz Amma), menyampaikan rasa bangga dan semangat untuk terus melanjutkan hafalan hingga 30 juz. “Target saya 4 tahun hafal 30 juz, insyaAllah,” kata Saskia dengan penuh optimisme.

Acara wisuda ini menjadi penanda tonggak perjuangan santri dalam menuntut ilmu Al-Qur’an. Dengan semangat yang ditanamkan oleh para guru dan keluarga pesantren, para santri diharapkan terus membawa nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan mereka ke depan, serta menjadi generasi yang mampu membumikan Al-Qur’an dengan ilmu, amal, dan akhlak.



Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary