Ilustrasi hadiah istimewa. (sumber: iStock)

Rambutnya Pernah Panjang
Rambutnya pernah panjang
menari di angin waktu remaja
disisir dengan jari yang penuh mimpi
dengan hati yang belum tahu getir

ia dulu berlari tanpa takut jatuh
mengayuh sepeda, menertawakan langit
membaca puisi di bawah pohon
dan menyimpan harap di saku baju yang koyak

dunia begitu luas kala itu
dan hidup terasa seperti janji manis
yang belum sempat ditepati


Kini Ia Duduk di Serambi
Kini ia duduk di serambi
sambil menatap daun-daun gugur satu-satu
kaki tak sekuat dulu

tapi matanya masih menyimpan kilau
seperti bintang terakhir yang bertahan saat subuh

ia tak banyak bicara
hanya mendengar jam berdetak
dan suara cucunya mengaji di ruang tengah

setiap pagi, ia menyiram bunga
bukan karena bunga itu akan mekar selamanya
tapi karena ia percaya
menyiram adalah bentuk cinta paling sederhana
yang bisa dilakukan tanpa suara


Harapan Kecil yang Tak Ingin Mati
Ia tak meminta banyak
hanya ingin bisa terus menulis nama allah
dalam detak jantungnya yang mulai pelan

dan berharap suatu hari kelak
cucunya mengingat namanya saat berdoa

ia tak menunggu hadiah besar
hanya ingin tubuhnya kembali ke tanah
dengan tenang

dengan senyum yang tak pernah ia lepaskan
meski hidup tak selalu mudah
dan di ujung segalanya

ia membawa satu harapan kecil:
semoga ada yang menanam pohon
di atas pusaranya kelak
agar burung-burung tetap datang
dan dunia tak terlalu sepi saat ia pergi.



Penulis: Albii
Editor: Rara Zarary

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online