
Rambutnya Pernah Panjang
Rambutnya pernah panjang
menari di angin waktu remaja
disisir dengan jari yang penuh mimpi
dengan hati yang belum tahu getir
ia dulu berlari tanpa takut jatuh
mengayuh sepeda, menertawakan langit
membaca puisi di bawah pohon
dan menyimpan harap di saku baju yang koyak
dunia begitu luas kala itu
dan hidup terasa seperti janji manis
yang belum sempat ditepati
Kini Ia Duduk di Serambi
Kini ia duduk di serambi
sambil menatap daun-daun gugur satu-satu
kaki tak sekuat dulu
tapi matanya masih menyimpan kilau
seperti bintang terakhir yang bertahan saat subuh
ia tak banyak bicara
hanya mendengar jam berdetak
dan suara cucunya mengaji di ruang tengah
setiap pagi, ia menyiram bunga
bukan karena bunga itu akan mekar selamanya
tapi karena ia percaya
menyiram adalah bentuk cinta paling sederhana
yang bisa dilakukan tanpa suara
Harapan Kecil yang Tak Ingin Mati
Ia tak meminta banyak
hanya ingin bisa terus menulis nama allah
dalam detak jantungnya yang mulai pelan
dan berharap suatu hari kelak
cucunya mengingat namanya saat berdoa
ia tak menunggu hadiah besar
hanya ingin tubuhnya kembali ke tanah
dengan tenang
dengan senyum yang tak pernah ia lepaskan
meski hidup tak selalu mudah
dan di ujung segalanya
ia membawa satu harapan kecil:
semoga ada yang menanam pohon
di atas pusaranya kelak
agar burung-burung tetap datang
dan dunia tak terlalu sepi saat ia pergi.
Penulis: Albii
Editor: Rara Zarary