
Surah Al-Fatihah/1 ayat ke 3 ”Ar-Rohmaanirrohiim” memberi sebuah nasihat yang sangat berharga, khususnya bagi para pembacanya yang mau berusaha mengambil pelajaran dan merenungkan hakikat dibalik sifat Allah yang dominan yaitu ”Ar-Rohmaanirrohiim –Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Di mana pada surah Al-Fatihah/1 ayat pertama memberikan pelajaran agar setiap sesuatu pekerjaan yang penting dimulai dengan membaca ”Bismillahirrohmaanirrohiim”, kemudian pada surah Al-Fatihah/1 ayat kedua seluruh manusia diperintahkan agar banyak bersyukur kepada Allah karena nikmat yang diberikan-Nya begitu sangat banyak, manusia tidak akan mampu menghitungnya.
Nah, pada surah Al-Fatihah/1 ayat 3 ini memberikan pelajaran agar manusia menanam nilai-nilai kebajikan untuk bekal kehidupan akhirat yang kekal abadi, karena hidup di dunia sifatnya hanya sementara dan sebentar. Melalui surah Al-Fatihah/1 ayat 3 ini, manusia diperintahkan untuk mencontoh sifat kasih sayang Allah dalam mengisi kehidupannya, di mana dengan rahmat dan kasih sayang Allah, begitu sangat banyak anugerah yang diberikan-Nya terutama kepada bangsa Indonesia, melebihi bangsa-bangsa yang lain.
Untuk memahami lebih dalam terkait penjelasan ”Ar-Rahmaan Ar-Rahiim –Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, penulis nukil beberapa pendapat ahli tafsir, di antaranya:
Prof. Wahbah Mushthafa Az-Zuhaili dalam karya monumentalnya Tafsir Al-Munir memberikan penjelasan: ”Ar-Rahmaan Ar-Rahiim –adalah dua sifat Allah yang merupakan turunan dari kata ar-Rahmah tetapi masing-masing punya makna yang khusus. Ar-Rahmaan adalah shiighah mubaalaghah (bentuk hiperbol) yang artinya: Yang agung rahmat-Nya; ia adalah nama yang meliputi segala macam rahmat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa ”Ar-Rahmaan” adalah nama yang khusus bagi Allah ’Azza wa Jalla, tidak boleh dipakai untuk menamai selain Dia. Adapaun Ar-Rahiim bermakna: Yang kontinu rahmat-Nya. Dan karena penyebutan Allah dengan sifat rabbil -’aalamiin (Tuhan semesta alam) mendatangkan rasa gentar dalam hati, maka Dia mengiringinya dengan menyebutkan sifat-Nya yang lain: ar-Rahmaanirrahiim (Az-Zuhaili, 59: 2005).
Prof. Dr. M Quraish Shihab memberikan uraian dalam karyanya Tafsir Al-Qur’an Al-Karim: ”Ar-Rahmaan Ar-Rahiim dalam ayat ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan untuk kepentingan Allah atau sesuatu pamrih –seperti halnya seseorang atau suatu perusahaan yang menyekolahkan karyawannya. Pendidikan dan pemeliharaan tersebut semata-mata karena rahmat dan kasih sayang Tuhan yang dicurahkan kepada makhluk-makhluk-Nya (Shihab, 24: 1997).
Baca Juga: Banyak Bersyukur kepada Allah
Lebih lanjut, M. Quraish Shihab menjelaskan: ”Penekanan pada sifat Rahman dan Rahim di sini untuk menghapus anggapan bahwa kata Rabb mengisyaratkan Tuhan memiliki sifat kekuasaan mutlak yang cenderung sewenang-wenang. Dengan disebutkannya sifat Rahman dan Rahim, kesan tentang kuasa mutlak akan bergabung dengan kesan rahmat dan kasih sayang. Ini mengantar kepada keyakinan bahwa Allah Maha Agung lagi Maha Indah, Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Seakan-akan dengan menyebut kedua sifat tersebut, Allah mengundang makhluk-makhluk-Nya untuk datang kehadirat-Nya demi memperoleh keridaan-Nya dan dengan demikian hati mereka menjadi lapang dan jiwa mereka menjadi tenang (Shihab, 25: 1997).
Sayyid Quthb memberikan penafsiran: ”Ar-Rahman Ar-Rahiim -sifat ini meliputi semua rahmat dengan semua keadaan dan lapangannya. Kalimat ini diulangi lagi di sini, di dalam teks surah, dalam ayat tersendiri, untuk menegaskan sifat yang jelas dan terang di dalam masalah rububiyah yang meliputi itu, dan untuk memantapkan pilar-pilar hubungan yang abadi antara Rabb dengan marbub ’hamba-Nya’, antara al-Khaliq dengan makhluk-Nya, bahwa hubungan itu adalah hubungan rahmat (kasih sayang) dan pemeliharaan yang menghimpun pujian dan sanjungan. Dan, hubungan itu juga merupakan hubungan yang ditegakkan atas ketenangan dan melimpahkan kasih sayang. Maka, ucapan ’alhamdu’ merupakan sambutan fitrah terhadap rahmat yang besar (Quthb, 24: 2004).
Dari beberapa pendapat ahli tafsir di atas, dapat dipahami bahwa ayat 3 dari surah Al-Fatihah memberikan informasi yang amat menarik adalah memantapkan pilar-pilar hubungan yang abadi antara Rabb dengan hamba-Nya, yang mana dengan rahmat (kasih sayang) Allah, Allah memberikan pendidikan dan pemeliharaan kepada seluruh makhluk-Nya yang begitu sangat luas. Dalam hal pendidikan, Allah memberikan potensi sejak awal dengan mengilhamkan kepada seluruh manusia berupa kemampuan untuk membedakan kedurhakaan dan ketakwaan.
Maka sungguh berbahagia orang yang selalu mensucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotori jiwanya. Dalam hal pemeliharaan Allah, tumbuh berkembangnya kelangsungan kehidupan manusia, dengan diciptakannya langit dan bumi, siang dan malam, serta anugerah-anugerah kehidupan lainnya, sehingga kelangsungan kehidupan manusia dalam berjalan dengan baik, walaupun kebanyakan manusia banyak yang melupakan anugerah dari Allah.
Diharapkan dengan memahami ”Ar-Rahmaan Ar-Rahiim –Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, manusia dapat mencontohnya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang mempunyai posisi sebagai umara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan; yang posisinya sebagai ulama dapat memberikan tauladan yang baik dan mencerahkan masyarakat; para aghniya’ (hartawan/miliarder) dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan problem-problem sosial yang dibutuhkan masyarakat umum, sehingga masyarakat terlepas dari beban-beban hidup yang dihadapinya; masyarakat umum yang termasuk para masakin –yang kurang mampu, agar ikut serta mendoakan supaya kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan aman sentosa, menuju kehidupan yang gemah ripah loh jinawi, silih asah, silih asih dan silih asuh.
Baca Juga: Mengenal Surah Al-Fatihah Secara Komprehensif (1)
Walaupun dalam kenyataannya saat ini, kehidupan dalam berbangsa dan bernegara mengalami kurang keharmonisan, karena pada hakikatnya tidak mencontoh dan mempraktikkan sifat ”Ar-Rahmaan Ar-Rahiim –Maha Pengasih lagi Penyayang”, dalam kehidupan, padahal sehari semalam ayat ini dibaca berulang-ulang. Saat ini tidak sedikit manusia menempuh perjalanan hidupnya cenderung kebanyakan mengikuti hawa nafsunya, kecenderungan mencintai dunia yang berlebihan begitu sangat dominan, sehingga tidak mengindahkan lagi mana yang halal dan mana yang haram, yang penting bisa mendapatkannya. Melalui surah Al-Fatihah/1 ayat 3 ini, manusia diajak berpikir ulang ketika sudah terlanjur melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar dengan segera melakukan taubat yang sungguh-sungguh –taubatan nashuha.
Mari renungkan kembali dan pahami dengan baik ”Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim”, dalam ayat ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah, semata-mata karena rahmat dan kasih sayang Allah SWT, yang dicurahkan kepada makhluk-makhluk-Nya. Pendidikan dan pemeliharaan Allah yang paling utama adalah dengan memberikannya akal sehat kepada setiap manusia untuk digunakan agar manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi diri manusia dan lingkungannya.
Fungsi Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim dalam ayat ketiga ini, betapa besarnya rahmat dan kasih sayang Allah dalam pemeliharaan dan Pendidikan-Nya. Ayat ini menyempurnakan maksud dari ayat sebelumnya. Jika Allah sebagai Rabb, pemelihara dan pendidik bagi seluruh alam, tiada lain maksud dan isi pendidikan itu, melainkan karena kasih sayang-Nya semata dan karena kemurahan-Nya belaka, tidaklah dalam memberikan pemeliharaan dan Pendidikan itu menuntut keuntungan bagi diri-Nya sendiri.
Sebagai contoh suatu pemerintahan mengadakan suatu pendidikan “kader” dan latihan pegawai, ialah karena mengharapkan apabila orang-orang yang dididik itu telah lepas dari Pendidikan, akan dapat dipergunakan menjadi pegawai yang baik. Pemeliharaan yang Allah SWT., berikan adalah karena Ar-Rahmaan maknanya ialah bila sifat Allah yang Rahman itu telah membekas dan berjalan ke atas hamba-Nya, bertambah tinggi kecerdasan hamba itu, bertambah terasa olehnya betapa Ar-Rahman Allah terhadap dirinya.
Baca Juga: Jaminan Keutuhan Pemeliharaan Kitab Suci Al-Qur’an (3)
Rahmat Ilahi, pancaran dari pada sifat-Nya yang Rahman dan yang Rahim, yang Murah dan Kasih Sayang dapat kita rasakan apabila melihat, merenungkan dan memahaminya berbagai peristiwa yang dihadapan kita. Sebagai contoh: induk ayam yang mengekaskan kakinya mencarikan makanan untuk anak-anaknya. Dipecah-pecahkannya remah kecil yang didapatnya, lalu dipanggil anak-anaknya dengan berkotat-kotat.
Seorang ibu ketika melahirkan anak, yang sebelumnya mengandung sembilan bulan dengan penuh kepayahan, kemudian menyusuinya 2 tahun, dan seterusnya, seorang ayah bersusah payah mencari rezeki adalah bagian dari rahmat Ilahi. Dalam pergaulan di masyarakat, bilamana ayat ini dipahami dengan baik dan dipraktekkan dalam kehihupan, maka akan mencapai masyarakat yang marhamah – kasih-mengasihi, cinta-mencintai, bantu-membantu, tolong-menolong, sehingga sirnalah rasa benci, dengki dan dendam dari hati kita.
Mari kita isi sisa hidup dengan menanam nilai-nilai kebajikan menuju rida Allah.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.