
Ayat kedua dari surah Al-Fatihah ”Alhamdulillahirabbil’aalamiin”, memberikan informasi dan sekaligus merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu berusaha memperbanyak bersyukur kepada Allah, yang telah memberikan nikmat yang sangat banyak, di mana manusia tidak akan mampu menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Hal ini diperjelas pada firman Allah, berikut: Surah Ibrahim/14 ayat 34,
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q. S. Ibrahim/14: 34).
Surah An-Nahl/16 ayat 18;
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q. S. An-Nahl/16: 18).
Pada surah Ibrahim/14 ayat 34 memberikan penjelasan bahwa Allah telah menyediakan seluruh kebutuhan hidup manusia, baik dalam bentuk potensi yang ada pada manusia maupun potensi yang ada pada alam jagat raya, semuanya Allah telah memberikannya. Diciptakannya siang dan malam, langit dan bumi, lautan, daratan, pegunungan, udara dan lainnya adalah pemberian Allah kepada seluruh makhluk-Nya, khususnya kepada manusia. Sayangnya banyak manusia yang berbuat zhalim dan ingkar kepada Allah, karena tidak memahami tujuan dari pemberian tersebut, harusnya manusia banyak yang bersyukur kepada Allah.
Baca Juga: Mengenal Surah Al-Fatihah Secara Komprehensif (1)
Pada surah An-Nahl/16 ayat 18 dijelaskan pula bahwa manusia tidak akan mampu menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, dengan harapan agar manusia banyak bersyukur kepada Allah SWT. Tatkala manusia lupa diri kepada Allah SWT, maka diharapkan segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah, karena Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hal ini perlu perenungan dan pemahaman, di mana setiap pengucap al-Hamdulillah harus sadar bahwa segala yang datang dari Allah SWT selalu terpuji, al-Hamdulillah. Pada ayat kedua surah Al-Fatihah ini terdapat kata Rabb, yang diartikan pendidik (pemelihara), mempunyai banyak sekali aspek yang menyentuh makhluk. Pengertian rubuubiyyah (pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih sayang; juga amarah, ancaman, siksaan, dan sebagainya.
Apapun bentuk perlakuan Allah SWT kepada makhluk-Nya sama sekali tidak terlepas dari sifat kepemeliharaan dan kependidikannya, walau perlakuan itu dinilai – oleh keterbatasan manusia – sebagai sesuatu yang negatif. Kemudian kata al-‘Aalamiin adalah bentuk jama’ dari ‘aalam. Para teolog Islam sering mendefinisikan kata ‘aalam (alam) sebagai segala sesuatu selain Allah SWT. Alhamdulillah dalam surah Al-Faatihah ini menggambarkan segala anugerah Allah yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia, dengan harapan manusia banyak bersyukur kepada Allah.
Terutama bangsa Indonesia yang diberikan anugerah oleh Allah melebihi bangsa-bangsa yang lain, dari kekayaan alamnya; baik di daratan maupun di lautan dan di dalam buminya – terkandung emas, perak, nikel, tembaga, batu bara, minyak dan lain-lainnya. Ini adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada bangsa Indonesia, yang harus disyukuri secara bersama.
Namun, karena munculnya sifat serakah sebagian manusia, ternyata kekayaan alam yang melimpah tersebut hanya dinikmati segelintir manusia, kebanyakan manusia hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Hal ini terjadi karena manusia yang serakah tersebut masih belum dewasa, dan pasti belum memahami hakikat makna yang terkandung pada ayat dua surah Al-Fatihah ”Alhamdulillahirabbil’aalamiin” – banyak bersyukur berarti banyak berbagi kepada yang lainnya, sehingga secara merata hidup penuh dengan kesejahteraan.
Lebih lanjut kitab suci Al-Qur’an memberikan penjelasan terkait pemahaman ”Alhamdulillahirabbil’aalamiin” penafsiran secara Qur’ani, yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an berikut:
Surah Al-An‘am/6 ayat 1 – 3;
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَجَعَلَ ٱلظُّلُمَٰتِ وَٱلنُّورَۖ ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡ يَعۡدِلُونَ ١ هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن طِينٖ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلٗاۖ وَأَجَلٞ مُّسَمًّى عِندَهُۥۖ ثُمَّ أَنتُمۡ تَمۡتَرُونَ ٢ وَهُوَ ٱللَّهُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَفِي ٱلۡأَرۡضِ يَعۡلَمُ سِرَّكُمۡ وَجَهۡرَكُمۡ وَيَعۡلَمُ مَا تَكۡسِبُونَ ٣
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (Q. S. Al-An’am/6 : 1-3).
Surah Al-Kahfi/18 ayat 1 – 3;
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ ١ قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا ٢ مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدٗا ٣
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Q. S. Al-Kahfi/18 : 1-3).
Surah Saba’/34: 1- 2;
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ فِي ٱلۡأٓخِرَةِۚ وَهُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡخَبِيرُ ١ يَعۡلَمُ مَا يَلِجُ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا يَخۡرُجُ مِنۡهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعۡرُجُ فِيهَاۚ وَهُوَ ٱلرَّحِيمُ ٱلۡغَفُورُ ٢
Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (Q. S. Saba’/34 : 1- 2).
Surah Fathir/35: 1 – 2,
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١ مَّا يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٖ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ فَلَا مُرۡسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٢
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q. S. Fathir/35: 1 – 2).
Baca Juga: Bersyukur itu Bukan Sekadar Ucapan Alhamdulillah
Setiap perincian yang terdapat dalam keempat kelompok nikmat yang dicakup oleh keempat surah di atas, menuntut ucapan terima kasih dan pujian yang ditujukan kepada Allah SWT (Alhamdulillah) dan menuntut pula pengakuan secara tulus dalam bentuk perbuatan (syukur). Syukur merupakan sisi kedua dari kandungan makna Alhamdulillah.
Syukur didefinisikan oleh ulama’ sebagai “menggunakan segala apa yang dianugerahkan Allah SWT sesuai dengan tujuan penciptaan anugerah ini”. Jadi, untuk mensyukuri suatu nikmat secara sempurna, seseorang harus mengetahui terlebih dahulu untuk apa nikmat tersebut diciptakan dan dianugerahkan Allah. Misalnya, untuk apa mata, telinga, akal dan alam ini diciptakan Allah.
Mari kita renungkan bersama, sudahkah kita termasuk orang yang pandai bersyukur kepada Allah? Syukur Baginda Nabi Muhammad SAW dengan memperbanyak ibadah shalat, sehingga kakinya bengkak karena lama berdiri dalam shalatnya. Syukur Nabi Ibarhim AS setiap hari mendermakan hartanya menjamu kafilah lewat tenda besarnya di Hebron Palestina.
Mari kita renungkan!
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.