Membawa oleh-oleh saat bertamu merupakan tindakan baik dan positif. (foto: raa)

Datang bertamu dan silaturahmi saja sudah membuat tuan rumah senang, salah satunya hal itu menjadi tanda bahwa seseorang masih mengingat, menghargai, dan menghormati tuan rumah. Namun dalam hal ini, membawa oleh-oleh atau buah tangan saat bertamu atau melakukan silaturahmi juga hal yang sangat baik dan positif. Baik itu saat berkunjung ke rumah saudara, teman, atau bahkan saat menghadiri acara-acara formal, kebiasaan membawa sesuatu sebagai bentuk perhatian ini tidak hanya membahagiakan tuan rumah, namun juga sebagai salah satu sedekah si tamu.

Fenomena membawa oleh-oleh atau buah tangan dalam masyarakat Indonesia juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk komunikasi non-verbal. Ketika seseorang datang membawa oleh-oleh, hal itu bisa diartikan sebagai tanda bahwa ia menganggap penting hubungan dengan orang yang dikunjungi dan ingin berbagi kebahagiaan atau kenangan dari perjalanan tersebut. Ini adalah wujud dari penguatan ikatan sosial yang tidak hanya diungkapkan dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata.

Membawa oleh-oleh memiliki dimensi sosial yang penting dalam masyarakat Indonesia. Dalam konteks silaturahmi, yang merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan budaya Indonesia, memberikan oleh-oleh menjadi simbol saling memberi dan menerima. Silaturahmi sendiri adalah upaya untuk mempererat hubungan antar individu atau kelompok dalam masyarakat, dan membawa oleh-oleh menjadi sarana untuk menyampaikan perhatian dan penghargaan kepada orang yang dikunjungi.

Salah satu fenomena yang sering ditemukan adalah kebiasaan membawa oleh-oleh saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Pada momen-momen tersebut, banyak orang yang mengunjungi kerabat atau teman, dan tidak jarang mereka membawa oleh-oleh berupa makanan khas seperti ketupat, opor ayam, kue lebaran, atau bahkan barang-barang lainnya. Hal ini mencerminkan pentingnya berbagi kebahagiaan dan menyambut momen-momen penting bersama orang-orang terdekat.

Baca Juga: Perlunya Menjaga Adab saat Silaturahmi

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Fenomena ini juga menjadi bagian dari dinamika sosial yang terus berkembang. Pada awalnya, membawa oleh-oleh mungkin hanya menjadi bentuk kebiasaan atau ritual semata. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, oleh-oleh menjadi simbol status sosial. Ada kecenderungan bahwa semakin mahal atau unik oleh-oleh yang dibawa, semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diberikan kepada orang yang menerima. Dalam hal ini, kebiasaan ini mulai dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan status sosial, yang menambah kompleksitas makna dari membawa oleh-oleh.

Dampak Positif dalam Kehidupan Sosial

Membawa oleh-oleh saat bertamu memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial seseorang. Salah satu manfaat utamanya adalah mempererat hubungan antar individu. Ketika seseorang membawa oleh-oleh, penerima akan merasa dihargai dan diingat. Dalam dunia yang serba sibuk ini, kadang kita melupakan pentingnya memberi perhatian kepada orang lain. Oleh-oleh menjadi salah satu cara yang efektif untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang tanpa harus mengucapkan kata-kata berlebihan.

Selain itu, membawa oleh-oleh juga dapat menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan, baik bagi pemberi maupun penerima. Pemberian oleh-oleh membuat seseorang merasa dihargai, yang tentu saja berdampak pada perasaan positif. Ini berperan dalam menciptakan suasana yang hangat dan penuh kedamaian, yang sangat penting dalam menjaga hubungan sosial yang sehat.

Fenomena ini juga dapat memperluas jaringan sosial. Misalnya, seseorang yang membawa oleh-oleh dari daerah lain, tidak hanya memberikan hadiah kepada orang yang dikunjungi, tetapi juga membuka peluang bagi interaksi sosial yang lebih luas. Ini bisa menjadi jembatan untuk membangun relasi baru yang bermanfaat, baik di tingkat personal, profesional, maupun sosial.

Tindak memberi oleh-oleh atau buah tangan juga memiliki manfaat psikologis yang signifikan. Dari perspektif psikologi, memberi dapat meningkatkan perasaan bahagia dan puas. Penelitian menunjukkan bahwa berbagi dengan orang lain, baik dalam bentuk materi atau perhatian, dapat meningkatkan hormon oksitosin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Ketika seseorang merasa bahagia karena memberi, hubungan yang terjalin pun semakin erat, dan orang tersebut merasa lebih terhubung dengan orang lain secara emosional.

Di sisi lain, menerima oleh-oleh juga memberi dampak positif. Meskipun penerima tidak mengharapkan hadiah, tindakan menerima oleh-oleh memberikan rasa diterima dan dihargai. Rasa dihargai ini dapat meningkatkan harga diri dan memberikan rasa nyaman dalam hubungan sosial. Oleh karena itu, kebiasaan membawa oleh-oleh dapat memberikan kontribusi besar dalam menjaga keseimbangan emosional antar individu, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hubungan sosial secara keseluruhan.

Baca Juga: Seni Menghormati Tamu: Nilai, Tujuan, dan Praktiknya dalam Kehidupan Sehari-hari

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan media sosial, membawa oleh-oleh atau buah tangan juga mengalami perubahan. Dulu, oleh-oleh sering kali berupa makanan tradisional atau barang khas daerah yang dapat dipakai sehari-hari. Namun, sekarang kita sering melihat fenomena oleh-oleh yang lebih komersial, seperti barang-barang branded, perhiasan, atau produk-produk yang memiliki nilai jual tinggi. Ini adalah dampak dari globalisasi, yang membuat akses terhadap berbagai produk dari luar negeri semakin mudah.

Fenomena ini menimbulkan dilema dalam masyarakat. Di satu sisi, oleh-oleh dengan harga tinggi dapat mencerminkan rasa penghargaan yang lebih besar, tetapi di sisi lain, ini juga bisa menimbulkan tekanan bagi orang yang tidak mampu untuk membelinya. Hal ini memunculkan pergeseran dalam makna dari “memberi” itu sendiri. Alih-alih menjadi bentuk perhatian yang tulus, oleh-oleh bisa berubah menjadi simbol prestise yang terkadang mengaburkan nilai kebersamaan yang sejati.

Membawa oleh-oleh atau buah tangan saat bertamu atau bersilaturahmi adalah tradisi yang membawa banyak nilai positif, baik dari segi sosial, budaya, maupun psikologis. Kebiasaan ini mempererat hubungan antar individu, meningkatkan rasa saling menghargai, dan dapat menambah kebahagiaan bagi pemberi maupun penerima. Namun, di tengah globalisasi dan modernisasi, makna dari oleh-oleh juga mulai berkembang, dan terkadang, tradisi ini dipengaruhi oleh status sosial dan komersialisasi. Oleh karena itu, penting untuk kembali pada inti dari tradisi ini, yaitu sebagai wujud perhatian dan kasih sayang, yang bukan dilihat dari materi atau harga, tetapi dari ketulusan hati.



Penulis: Albii