Sebuah ilustrasi tentang keputusasaan. (sumber: IDNtimes)

Lenyap dalam Kelam

Matanya sayu
senyumannya palsu
diri yang terlalu berharap
menunggu kabar kesekian kalinya
yang berujung luka

hingga aku lenyap dalam kelam
sekarang aku paham
mengapa marahku selalu kau biarkan
cemburuku tak pernah lagi kau hiraukan
dan keinginanku tak pernah lagi
kau usahakan

kali ini aku biarkan
takdir yang berjarak jauh
menghempas segala rasa yang ada
membiarkan doa ini layu
hilang bersama air mata



Lelah
Dalam malam yang kehilangan bintang
terselip luka yang kau beri tanpa sengaja
cinta yang tak sempat bernama
hati yang tak lagi pulang

pada akhirnya aku lelah
mentalku sudah berantakan
ketulusanku kau abaikan
entah siapa yang jahat

jelasnya kita adalah dua insan
yang sama-sama gagal
memahami dan
menyalahartikan segala hal

saling mengira disakiti
mengadu siapa yang paling tersakiti
sebenarnya siapa yang benar-benar salah

namun kali ini aku berhenti di sini
bahagialah seperti apa yang kau inginkan
kali ini aku tak peduli



Keputusasaan
Suara lirih terdengar
menjadi keputusasaan
memeluk diri dalam hawa dingin
yang membeku

kau yang menemukan aku meringkuk
menangis lirih dengan tubuh bergetar
sakit yang menyayat hati
terasa sangat perih

kali ini aku temui rasa sakit yang teramat
namun tak berdarah
jika diamku
kali ini terasa asing

jangan cari aku lagi
ingatlah aku pernah
paling peduli namun kau abaikan



Tersapu Ombak
Kali ini badainya terasa sangat lebat
atau mungkin kita yang kurang kuat
menghadapi bersama badai itu
atau mungkin kepercayaan itu

yang perlahan menghilang
tersapu ombak
kita sama-sama kalah
melewati ujian

entah Tuhan merencanakan apa
kali ini aku duduk termenung
melihat langit yang bertabur bintang
aku bertanya-tanya pada langit

mengapa segala sesuatu berubah
sangat begitu cepat
tergerus ombak
tapi akankah semua membaik
atau justru kebalikannya

wahai hati di mana jiwa pemberanimu
apakah kau lelah
karena sudah kalah dalam berbagai peperangan
berkali-kali aku menerka

namun aku harap
akan ada pelangi setelah badai
akan ada senyum merekah
dan akan ada bahagia

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online


Penulis: Amalia Dwi Rahmah, Pegiat Literasi