
Nabi Ibrahim lahir di tengah masyarakat penyembah berhala. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azzar, ia bekerja sebagai pemahat patung sesembahan negara tersebut. Negara tersebut dikuasai oleh raja yang sombong dan dzolim, bernama Namrud.
Pada waktu itu, Raja Namrud bermimpi bahwa akan lahir seorang laki-laki yang akan meruntuhkan istananya, dan meruntuhkan dewa-dewanya. Sehingga Raja memerintahkan kepada pasukannya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir di negerinya. Mendengar berita tersebut, ibunda Nabi Ibrahim sangat cemas, dan ketakutan. Ibunya yang kala itu masih mengandung memilih untuk bersembunyi di sebuah gua. Ia melahirkan dan menyusui Nabi Ibrahim di dalam gua tersebut selama beberapa tahun.
Saat Ibunya meninggalkannya sendirian di dalam gua, Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Ibrahim, yakni mengeluarkan madu dari tangan Nabi Ibrahim sehingga ia tidak merasa kelaparan, dan nutrisinya terpenuhi.
Tujuan Raja Namrud membuat peraturan tersebut, agar tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkannya dan menggantikan kedudukannya dalam berkuasa. Namun, Nabi Ibrahim selalu mendapatkan perlindungan dari Allah, sampai ia menjadi orang yang tangguh, dan mampu melewati berbagai macam marabahaya.
Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim yang Mencari Tamu hingga Berkilo-kilo Meter
Ketika Nabi Ibrahim kembali ke masyarakat, ia bingung dengan perilaku orang-orang yang menyembah patung berhala. Sepanjang perjalan, hampir setiap rumah terdapat patung berhala. Sampai di rumahnya benda itu masih di temukan, dalam jumlah lebih banyak. Akhirnya, ia bertanya-tanya kepada dirinya, “Dimanakah Tuhan itu? Manahakah yang dinamakan Tuhan? Apakah berhala itu benar Tuhan atau Nabi Namrud adalah Tuhan?”
Kemudian ia melihat bintang, bulan, dan matahari. Namun, ternyata benda tersebut menghilang, dan berkata, “Semua ini bukan tuhanku”. Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Ibrahim pemikiran yang cerdas dan kritis, Allah mengutus Nabi sebagai penyampai keberadaan-Nya selama ini, hingga kelak masyarakat meninggalkan berhala dan bertakwa kepada-Nya. Proses Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 76-78,
فَلَمّا جَنَّ عَلَيهِ اللَّيلُ رَأى كَوكَبًا قالَ هذا رَبّي فَلَمّا أَفَلَ قالَ لا أُحِبُّ الآفِلينَ ٧٦
فَلَمّا رَأَى القَمَرَ بازِغًا قالَ هذا رَبّي فَلَمّا أَفَلَ قالَ لَئِن لَم يَهدِني رَبّي لَأَكونَنَّ مِنَ القَومِ الضّالّينَ ٧٧
فَلَمّا رَأَى الشَّمسَ بازِغَةً قالَ هذا رَبّي هذا أَكبَرُ فَلَمّا أَفَلَت قالَ يا قَومِ إِنّي بَريءٌ مِمّا تُشرِكونَ ٧٨
إِنّي وَجَّهتُ وَجهِيَ لِلَّذي فَطَرَ السَّماواتِ وَالأَرضَ حَنيفًا وَما أَنا مِنَ المُشرِكينَ ٧٩
- Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam ia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”
- Lalu, Ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bulan itu terbenam ia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi perunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
- Kemudian, Ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi, ketika matahari itu terbenam ia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
- Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukan termasuk oranh-orang musryik.
Nabi Ibrahim juga sering bertanya kepada ayahnya tentang Tuhan Semesta alam. Namun, ayahnya selalu mengatakan bahwasannya Tuhan adalah patung-patung yang dibuatnya tersebut. Sebagaimana Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 52-54,
إِذ قالَ لِأَبيهِ وَقَومِهِ ما هذِهِ التَّماثيلُ الَّتي أَنتُم لَها عاكِفونَ ٥٢
قالوا وَجَدنا آباءَنا لَها عابِدينَ ٥٣
قالَ لَقَد كُنتُم أَنتُم وَآباؤُكُم في ضَلالٍ مُبينٍ ٥٤
- (Ingatlah), ketika dia Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apa ini yang kamu tekun menyembahnya?.”
- Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.”
- dia Ibrahim berkata, “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Kemudian, dalam surat Al-An’am ayat 74 Nabi Ibrahim juga berkata kepada ayahnya mengenai patung yang diciptakannya,
وَإِذ قالَ إِبراهيمُ لِأَبيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصنامًا آلِهَةً إِنّي أَراكَ وَقَومَكَ في ضَلالٍ مُبينٍ
الأنعام: ٧٤
- Dan(ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, ”Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu Tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Perkataan Nabi Ibrahim kepada ayahnya menjadi dakwah pertama ajaran tauhid. Nabi Ibrahim kemudian mulai berdakwah kepada masyarakat sekitar, ia mulai menyampaikan kebenaran dan kekuasaan Allah. Ada beberapa yang menerima ajaran Nabi Ibrahing tentang keesaan Allah, Akan tetapi lebih banyak yang menolaknya dan masih tetap menyembah berhala.
Baca Juga: Kisah Siti Hajar, Nabi Ismail dan Munculnya Air Zam-Zam
Nabi Ibrahim ingin menyadarkan Raja Namrud tentang kebesaran dan keesaan Allah. Raja Namrud yang ingkar dan dzalim telah menjadikan setan sebagai pemimpinnya, sampai-sampai ia tidak beriman kepada Allah. Bahkan, dengan lantang ia menentang ajakan Nabi Ibrahim untuk beriman kepada Allah.
Maka dari itu, beragama itu harus menggunakan akal, beragama itu harus berpikir untuk menemukan kebenaran, proses itu harus kita cari. Karena, ketika kita mencari dan menemukan, keyakinan kita akan kokoh dan kuat. Kita tidak akan mudah terpengaruh oleh kondisi, lingkungan, dan lainnya.
Penulis: Almara Sukma