
Siksa
Dalam diri kini rindu menyisakan sajak berkelu deru
seperti halnya lambaian jenuh
menumpang siksa empati labuh
jujur, kau menghilang
jauh dari agah baka
jujur, kau menghardik diri yang mengutuk
lompatannya secepatnya dulu
jujur sangat berkelu
apatisnya semerbak hulu
menciptakan karya terdahulu
enggan kumeniru
beberapa menyapa seru menghampirinya secara perlahan
rentangnya dekap acuh
sembari mengucup
“kusiksa kau untuk cinta” “kusiksa kau untukku”
bukan perihal obsesi
ini perihal kontroversi
yang gila membabi buta sampai tak kenal apa pun cinta.
Jauh yang Kini Tak Sama
Sepertinya aku tak bisa, rasanya amat hancur
seperti halnya kamu memiliki arti
yang sampai kini tak bisa kupahami
jauh di bawah laut sana
berupaya tuk melupakanmu nahas kini aku terjebak
dipikir yang terus berporos
meninggalkan jejaknya secepatnya kusia-sia
kini kita berpisah
dahulu kita sama
namun kini kita berpisah berbeda yang jauh
dari sana sampai rasa amat fana menerpa
bankan sekadar menyapa aku tak bisa
sebab mengerti akan keadaan
kau yang kini menjadi bintang
membuatku sulit meninggalkan
bahkan suara enggan bicara
sebab sorot yang mengartikan
mengembalikan aku pada tempatnya
membiarkan dia berkelana jauh di sana
untuk waktu yang lama.
Penulis: Nesia Cantika Surya, Siswi Madrasah Aliyah Salfiyah Syafi’iyah, Kelas XI-E.