
Tambatan Hati
Pemberhentianku di pulau alismu
merebahkan kecup rindu seusai berlayar
sembari terpana pada kedip pohon-pohon kelapa
yang kusebut bulu mata
kadang lentik, kadang pula penantang badai
laut biru menjelma bola matamu
samudra terdalam atas segala karam
sebagaimana petang melestarikan senja, di sana
aku adalah pelancong yang menenteng cinta
terlerai pada pasang air mata, terurai di bibir merah merona
izinkanlah aku sejenak menatap barat cantikmu
bersedialah, aku menanti angin sepoi napasmu
biarkan langkah hati berlari dari remang malam
setidaknya perasaan ringkihku jatuh di pasir empuk pelukan
Padang, 2024
Malam Menaiki Ayunan
Malam sedang menaiki ayunan waktu
bergerak menuju detak dan detik abu-abu
bulan tak kunjung tahu jalan pulang
mungkin karena ia mengenakan baju kelam
daun jatuh meninggalkan asal
angin jauh berkelana untuk tanggal
terbuai larut
malam asik main ayunan waktu
tetapi lupa ayunan terbuat dari kain resah
terlilit ke tiang sepi
tercekik pula hingga pagi
Padang, 2024
Mengeja Malam
Jendela menyusun percakapan-percakapan sepi
menganga sendiri memberi jalan keluar
pertanyaan-pertanyaan terus menunggangi angin-angin
membawa berbagai harapan dan angan-angan
lembap dan embun adalah sepeninggalan hujan
mencetak beberapa laut di tanah dan meruak aroma kenangan
pada halaman yang licin, bulan tergelincir tak bernama
dan kata-kata jatuh dalam ringkuk kasur dan
malam berlari-lari menuju pagi
mata tak lagi menyimpan apa-apa
la hanya menuai kantuk di kepala atau
kadang pikiran-pikiran merayap di loteng rumah
tubuh yang lain terperangkap di dinding waktu
melukis semata hitam dan tiada cahaya yang menyelinap
di sana, kamar berdoa kepada gelap yang kehilangan alamat
Padang, 2024
Penulis: Zikri Amanda Hidayat, lahir di Pesisir Selatan.