
Golongan kelima yang akan diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada hari Kiamat dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu umat Islam yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai obat bagi semua penyakit kejiwaan. Di mana dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela seperti: tamak/rakus, ria/pamer, iri hati, dengki, sombong, marah, bakhil, kikir, rasa bangga diri/ujub, dan lain-lain. Penyembuh yang paling utama untuk mengobati penyakit jiwa adalah Al-Qur’an, baik dari sisi bacaannya maupun kandungannya yang disertai pemahaman yang baik dan benar.
Secara logika sederhana Al-Qur’an diperumpamakan seperti hujan lebat yang diturunkan dari langit ke bumi, maka memberikan manfaat yang besar bagi bumi, yaitu: tanahnya akan menjadi subur, menghasilkan berbagai macam tanaman yang lebih banyak lagi hasilnya dan polusi udaranya menjadi bersih kembali. Di mana orang-orang yang beriman banyak mengambil manfaat dari kehadiran Al-Qur’an – bumi diibaratkan hatinya orang beriman, semakin banyak membaca Al-Qur’an hatinya semakin tenang, tentram dan damai. Menghasilkan tanaman yang banyak – menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan sarana membaca Al-Qur’an dan polusi udara – penyakit jiwa menjadi sirna dan hilang, tumbuh berkembang sifat-sifat positif, di antaranya: sifat pemaaf, rendah hati, sabar, syukur, ikhlas, amanah, ridha, dan lain-lainnya.
Sementara orang-orang yang mempunyai penyakit jiwa– khususnya yang ada pada orang-orang munafik, dengan kehadiran Al-Qur’an tidak mengambil manfaat, bahkan ketika diberikan nasehat – diibaratkan petir dalam kondisi hujan lebat, mereka menutup telinga dengan jari-jari mereka sehingga tidak mendengarkan nasehatnya sedikit pun.
Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (3)
Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda melalui Jabir bin Abdillah: “Likulli daain dawaaun faidzaa ashaaba ad-Dawaau ad-Daa’a, bara’a biidznillah Azza wa Jalla – setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla. (H. R, Muslim).
Pada riwayat lain, Rasulullah bersabda: Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Al-Qur’an. (H. R. Bukhari dan Muslim).
Dalam hal ini secara khusus Allah Subhanahu wata’ala, memberikan penjelasan terkait dua obat tersebut, madu merupakan produk lebah pada surah An-Nahl/16 ayat 68 – 69,
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Q. S. An-Nahl/16: 68 – 69).
Di dalam madu itu terdapat obat penyembuhan bagi manusia walaupun kembang yang dimakannya ada yang bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir”. (Shihab, 2003: 280).
Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah kemampuan melakukan hal-hal yang menakjubkan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia-manusia cerdas sekalipun dan menjadikan hal itu sebagai naluri alamiah lebah dalam dirinya. Lebah hidup membentuk koloni dalam sebuah sarang. Setiap sarang dipimpin oleh seekor lebah yang paling besar, yaitu lebah ratu. Dalam satu koloni, ada lebah pejantan dan ada lebah betina yang merupakan lebah pekerja. Lebah hidup secara kooperatif dalam sebuah sistem yang sangat cermat, menghisap sari bunga, dan mengeluarkannya dalam bentuk madu dan lilin. (Az-Zuhaili. 2005: 486).
Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (2)
Allah memberikan ilham dan bimbingan kepada lebah supaya membuat sarang tempat tinggalnya di gunung-gunung, bukit-bukit, pepohonan, dan tempat-tempat yang sengaja dibuat oleh manusia. Lebah pun mampu membuat sarang yang sangat kuat dan cermat, lubang-lubangnya berbentuk persegi enam dengan sisi-sisi yang berukuran sama. Sebagiannya digunakan untuk menyimpan madu dan sebagian yang lain untuk menyimpan lilin untuk menjadi tempat merawat anak-anak lebah.
Lebah membuat lubang-lubang sarang berbentuk persegi enam, supaya benar-benar rapat dan tidak ada celah kosong di antara lubang-lubangnya. Kemudian diperintahkan untuk mencari makanan dengan menghisap sari buah-buahan dari semua jenis buah sesukanya, baik apakah buah yang manis atau pahit atau buah yang manis-manis pahit. Setelah makan sari dari buah-buahan, tempuhlah jalan-jalan yang Allah SWT telah mengilhamkan kepadamu untuk menempuhnya dalam proses membuat madu atau dalam mencari buah-buahan dan bisa kembali lagi ke sarang dengan selamat. (Az-Zuhaili , 2005: 487).
Ketika mencari makanan, dengan tanpa disadari, sayap-sayap lebah membantu proses penyerbukan. Semua itu adalah tugas-tugas yang diletakkan Allah SWT pada insting lebah, bukan terjadi begitu saja secara kebetulan. Tetapi itu adalah bagian dari misi makhluk-makhluk hidup yang memainkan berbagai peran di alam yang bermanfaat bagi manusia. Mahasuci Allah Sang Pencipta Yang Maha Berkuasa, Mahakuasa dan Yang menyediakan fasilitas sebab untuk setiap sesuatu. Di mana dari perut lebah keluar madu yang beraneka warnanya, ada yang berwarna putih, kuning, atau merah.
Di dalam madu terkandung banyak manfaat dan obat penyembuh dari berbagai penyakit. Madu juga menjadi salah satu bahan dalam komposisi pil dan obat-obatan. Di sini, Allah SWT mendeskripsikan madu dengan tiga spesifikasi, yaitu: (1) sebagai minuman, baik diminum secara langsung dalam bentuk madu murni, maupun dijadikan sebagai bahan untuk membuat berbagai jenis minuman; (2) beragam warnanya, ada yang berwarna merah, putih, kuning, dan lainnya; (3) menjadi obat berbagai macam penyakit. (Az-Zuhaili, 2005: 487).
Lebah membuat rumah madu secara kolosal (ratusan atau bahkan ribuan) dari berbagai arah, tanpa melalui draf atau gambar awal dari seorang arsitek, dan juga tanpa dikomando oleh seorang mandor. Mereka bergotong-royong, bekerja sama dalam jumlah ribuan untuk membuat rumah madu dengan berakhir secara gemilang dan memperoleh hasil dengan sangat memuaskan. Semua rumah madu berbentuk segi enam dengan luas yang sama, rapi, indah, berkapasitas maksimal, dan irit dalam jumlah bahan (material) yang dipakai. Ini adalah hasil optimal, yang diperoleh dari proses optimisasi. (Robandi, 2019: 3).
Koloni lebah buatan terdiri dari tiga kelompok, yaitu: pekerja (employed), penglihat (onlookers), dan pengintai (scout). Lebah pekerja secara acak mencari posisi sumber makanan (solusi), kemudian mereka dengan cara menari berbagi informasi (berkomunikasi) dengan lebah penglihat yang berada di sarang. Contoh informasi yang diberikan adalah menginformasikan jumlah neklar (solusi masalah). Durasi tarian lebah pekerja sebanding dengan konten neklar (nilai kebugaran/fitness value) dari sumber makanan yang dieksploitasi oleh lebah pekerja. Lebah penonton melihat berbagai tarian sebelum memilih posisi sumber makanan. (Robandi, 2019: 283-284).
Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (1)
Dari penjelasan ayat di atas dan beberapa pendapat profesional, menginformasikan bahwa madu menjadi penyembuh segala macam penyakit jasmani, yang dihasilkan dari produksi lebah, makhluk ciptaan Allah Subhanahu wata’ala, yang harus dicontoh oleh manusia. Bagaimana agar manusia hidup mampu menciptakan persatuan dan kebersamaan, dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, aman dan sejahtera.
Kemudian penyembuh yang terkait dengan jiwa adalah berdasarkan firman Subhanahu wata’alan surah Al-isra’/17 ayat 82,
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q. S. Al-Isra’/17: 82).
Inilah informasi penting terkait dua obat sebagai penyembuh penyakit manusia, madu menyembuhkan penyakit jasmani dan Al-Qur’an penyembuh penyakit jiwa. Sehingga wajar, orang yang tidak menjadikan Al-Qur’an penyembuh penyakit jiwa, akan diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah pada hari Kiamat, karena mereka tidak menggunakan akal sehatnya dalam menempuh kehidupan di dunia. Jiwanya dipenuhi penyakit-penyakit akut, sombong, tamak, pamer, dendam, cinta dunia yang berlebihan.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, M.A., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.