Mahasantri Mahad Aly memeriahkan peringatan Isra Mikraj. (foto: youtube-maha)

Tebuireng.online— Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng menggelar peringatan Isra Mikraj yang berbeda dari kebiasaan umum. Alih-alih hanya mengadakan pengajian umum, mereka memperingati peristiwa penting tersebut dengan mengadakan pengajian sekaligus khataman kitab Sahihaini (Kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim) yang berlangsung di aula lantai satu gedung Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Kamis (30/1/2025) ba’da Isya’.

Acara ini dihadiri oleh Dr. Hamza Fauriz, Ustadz Syukron Makmun, dan Kiai Mahfudz Ali Amari sebagai pemateri. Tema yang diangkat dalam acara tersebut adalah “Refleksi Spiritual Melalui Perjalanan Isra Mikraj”. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan sambutan dari perwakilan Mudir, Dr. Hamza Fauriz, dan pembacaan surat Al-Fatihah oleh Kiai Mahfudz Ali Amari sebagai penghormatan kepada sanad kitab Sahihaini.

Dalam acara tersebut, Mahasantri yang hadir berkesempatan untuk membaca kitab Sahihaini. Menurut Asrar, salah seorang Mahasantri, setiap Mahasantri membaca bagian dari buku kumpulan hadis yang terdapat dalam Sahihaini, yang berisi sekitar 50 hadis yang dibaca secara bergiliran oleh para peserta.

Kiai Mahfudz Ali Amari mengisi materi dalam peringatan Isra Mikraj di Mahad Aly Tebuireng.

Asrar menjelaskan bahwa acara khataman kitab ini dipilih untuk memberikan nuansa yang lebih meriah, sekaligus agar Mahasantri bisa lebih memahami makna-makna hadis yang terkandung dalam kitab Sahihaini. Ia menambahkan, hadis-hadis dalam kitab ini merupakan salah satu warisan terbesar dari Nabi Muhammad.

Kiai Mahfudz Ali Amari dalam ceramahnya menjelaskan latar belakang terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj. Beliau mengungkapkan bahwa pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad Saw., mengalami kehilangan besar dengan wafatnya istri tercinta, Khadijah, serta pamannya, Abu Thalib, yang menjadi pelindung beliau. Tahun tersebut dikenal sebagai Amm al-Huzni (tahun kesedihan).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selanjutnya, saat Nabi mencoba hijrah ke Thaif namun mendapat penolakan, beliau pun kembali ke Makkah dalam keadaan penuh kesedihan. Pada masa inilah, Nabi Muhammad didatangi oleh malaikat Jibril dan Mikail, yang membawa perintah untuk melaksanakan Isra Mikraj, dimulai dengan pembelahan dada Nabi, perjalanan ke Masjid al-Aqsa, hingga ke Sidratul Muntaha yang mengarah pada perintah kewajiban salat lima waktu.



Penulis: Nurdiansyah