tebuireng.online Tradisi adalah sebuah nilai yang tidak akan tergerus dengan perkembangn zaman, apalagi jika tradisi ini bertalian erat dengan Pesantren yang notabennya adalah sebuah lembaga pendidikan agama. Tentunya tradisi ini sangat mempengaruhi para generasi muda untun mengikuti jejak para ulama terdahulu. Salah satunya ialah budaya tulis menulis (literasi).

Untuk menelurkan kembali para penulis-penulis dari lingkungan Pesantren, Mahad Aly Hasyim Asy`ari mengangkat tema “Membangun Budaya Literasi Sebagai Media Dakwah” dalam pembukaan Ospek (pekan orientasi dan pengenalan kampus) mahasiswa angkatan ke-10.(25/8)

Acara ini diikuti oleh 40 mahasiswa baru yang telah dites atau diuji baik kemampuan lisan (membaca kitab kuning), PAI (pengetahuan agama islam), dan juga kemampuan membaca Al-Qur`an. Dengan kemampuan membaca kitab-kitab klasik yang mereka miliki, akan sangat membantu mereka dalam mengembangkan skill dalam maslah tulis-menulis.

Acara yang berjalan tiga hari kedepan ini, memfokuskan pembahasan tentang literasi dan akan mengenalkan dunia literasi pada para mahasiswa baru. Diharapkan mereka bisa menguasai materi tentang literasi, tak hanya menguasai saja, mereka diharapkan bisa secar continue menulis.

“Menjadi orang yang ditulis itu jauh lebih susah dari pada menjadi penulis”, kata Hilmi Abedillah selaku ketua panitia ospek. Menurutnya Nabi Muhammad bukanlah seorang penulis, akan tetapi kita akan kesulitan untuk menjadi seperti Nabi Muhammad Saw. “Maka dari itu jadilah seorang penulis. Hidup ini sementara, tapi berkarya selamanya”, pungkasnya. (fatih/aldo)    

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online