(tengah) Hj. Nurmey Nurulchaq, S.Psi., MA., seorang psikolog saat menjadi pemandu acara sekaligus mendampingi peserta dalam berdiskusi terkait dinamika keluarga. (foto: albi)

Tebuireng.online– Dalam rangkaian Workshop Keluarga Maslahat untuk Santri Pondok Pesantren di Jawa Timur yang diadakan oleh Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU), Hj. Nurmey Nurulchaq, S.Psi., MA., seorang psikolog, hadir sebagai narasumber untuk memberikan materi bertajuk “Dinamika Keluarga Masa Kini”. Acara ini digelar di aula lantai 3 Gedung Yusuf Hasyim, Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Sabtu pagi (28/12/2024).

Workshop yang dihadiri oleh para santri ini dibuka dengan sesi ice breaking yang dihadiri oleh seluruh peserta. Hj. Nurmey Nurulchaq mengajak para peserta untuk saling mengenal dan membangun kesadaran terhadap kondisi keluarga masa kini melalui interaksi yang menyenangkan. Kegiatan ini membawa suasana yang akrab dan memotivasi peserta untuk lebih aktif dalam mengikuti materi.

Dalam penyampaian materi, Hj. Nurmey menyampaikan bahwa keluarga masa kini menghadapi berbagai tantangan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Di antara tantangan tersebut adalah perubahan struktur keluarga, dengan munculnya fenomena keluarga yang tidak lengkap atau adanya keluarga dengan peran ibu sebagai orangtua tunggal. Selain itu, isu pendidikan, globalisasi, dan perbedaan paradigma juga menjadi tantangan dalam dinamika keluarga masa kini.

Sebagai bagian dari pembekalan, peserta workshop dibagi ke dalam delapan kelompok untuk berdiskusi mengenai tantangan yang dihadapi dalam keluarga masa kini. Setiap kelompok diberikan soal-soal yang harus mereka diskusikan dan cari solusinya. Beberapa pernyataan menarik muncul dari hasil diskusi tersebut.

Baca Juga: GKMNU Gelar Workshop Keluarga Maslahat untuk Santri Pondok Pesantren di Jawa Timur

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam topik pengelolaan keuangan keluarga, terdapat berbagai pandangan. Kelompok 2 berpendapat bahwa perempuan lebih terampil dalam mengelola keuangan rumah tangga. Namun, kelompok 4 berpendapat sebaliknya, bahwa suami yang sebaiknya mengelola keuangan keluarga, karena tidak semua istri mampu mengatur keuangan dengan bijak. Ada juga kelompok yang berpendapat bahwa pengelolaan keuangan sebaiknya dilakukan bersama dengan prinsip transparansi dan saling percaya, seperti yang disampaikan oleh kelompok 5.

Di akhir materi, Hj. Nurmey juga mengungkapkan berbagai faktor yang dapat menyebabkan keretakan dalam keluarga, seperti kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan yang terjadi karena paksaan atau perjodohan, pernikahan di usia dini, hubungan jarak jauh (LDR), serta hilangnya figur ayah dalam keluarga. Namun, beliau menekankan bahwa untuk menciptakan keluarga yang utuh dan maslahah, penting untuk menggali potensi-potensi yang ada dalam setiap anggota keluarga agar hubungan keluarga dapat menjadi lebih kuat.

“Pasti akan banyak resiko-resiko yang menjadikan keluarga itu rentan, sehingga tidak apa-apa. Mari kita cari potensi-potensi dalam setiap anggota keluarga yang akhirnya itu menjadikan keluarga itu kuat. Dan pastinya setiap keluarga itu berbeda-beda.” Tandasnya.

Acara ini diakhiri dengan antusiasme peserta yang sangat terbuka dalam mendiskusikan isu-isu terkait dinamika keluarga dan bagaimana membangun keluarga yang lebih baik.



Pewarta: Amalia Dwi Rahmah