
Tebuireng.online- Selasa (22/10/2024), Pesantren Sains Tebuireng Sains mengadakan apel pagi di momen peringatan 79 tahun Resolusi Jihad dan Hari Santri Nasional. Acara digelar di lapangan SMP Sains dengan dihadiri ratusan santri dan guru. Apel dimulai sejak pukul 06.30-07.30 WIB.
Ustadz Arif Khuzaini bertugas membaca fatwa resolusi jihad 1945. Dalam fatwa resolusi jihad fi sabilillah berbunyi: ‘Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ’ain yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, Iaki-Iaki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak Iingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di Iuar jarak Iingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardlu kifayah (jang cukup, kalau dikerjakan sebagian saja…’.
Ini menjadi sulut api semangat para santri khususnya dan seluruh rakyat indonesia umumnya akan pentingnya melawan penjajah.
Kemudian dalam amanat pengasuh yang diwakili oleh H. Agus Abdul Mughni, S.H., atau sering disapa Gus Mughni, beliau memberikan pesan bahwa sejak fatwa resolusi jihad oleh KH. Hasyim pada 22 Oktober 1945. Resolusi jihad bukan hanya seruan perang melawan penjajah. Tapi lebih dari itu.
Gus Mughni juga mengingatkan perlunya menyadari perjuangan santri dan ulama bukanlah hal yang mudah. “KH. Hasyim merupakan suri teladan yang harus kita teladani. Sebagai santri bukan hanya melawan fisik, tapi juga melawan globalisasi. Ancaman radikalisme serta pengaruh budaya asing. Santri harus menjadi garda terdepan untuk menjaga persatuan, serta menyebarluaskan islam yang ramah tidak memecah belah,” katanya.
Beliau juga memberikan pesan pentingnya pendidikan dan penguasaan teknologi. Karena melihat tantangan zaman sekarang adalah era teknologi. Maka santri harus memiliki keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan itu akan bisa menjawab tantangan zaman.
Akar budaya dan nilai-nilai yang diwariskan. “Mari kita jadikan hari santri sebagai momentum semangat baru, semangat orientasi, semangat belajar dan meneruskan perjuangan para ulama. Tunjukkan bahwa santri tidak hanya menjaga tradisi, tapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik lagi.
Pesantren Tebuireng tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan agama yang dalam tapi juga haru mencerminkn nilai-nilai Islam,” ujarnya.
“Oleh karena itu, Pesantren Tebuireng punya buku saku ‘BERKAH’ untuk kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan ini Pesantren Tebuireng menerbitkan buku saku berkah ini disusun menunjukkan dasar pesantren antara ilmu, etika, setia, kreatif, amal saleh, dan hikmah,” pungkas Gus Mughni.
Pewarta: Aulia