
Oleh: KH. Amir Jamiluddin*
أَلْحَمْدُ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، أَمَّا بَعْدُفَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، وَاتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِی رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةࣱ لِّمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلۡیَوۡمَ ٱلۡـَٔاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِیرࣰا
Hari Jum’at merupakan hari di mana Allah memberikan kelebihan untuk umat Muhammad. Salah satunya adalah do’a mustajab di hari Jum’at. Di bulan yang mulia ini yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seorang utusan Allah yang membuat peradaban dunia jahiliyyah menjadi peradaban Islam yang penuh makna dan manfaat. Harapannya sebagai umat Islam kita meneladani Rasulullah sebagai bentuk takwa kita kepada Allah. Karena kalau cinta kepada Allah, maka harus mengiktui Rasulullah. Sebagaimana ayat:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Mengapa kita perlu mencontoh Rasulullah? Karena beliau merupakan sebaik-baik uswah. Kiai dulu itu tidak banyak ceramah, melainkan lebih kepada memberikan contoh dan teladan. Semua santri—contoh Tebuireng—itu pasti mengamati kiainya, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Salah seorang alumni menceritakan bahwa ketika Kiai Hasyim mengucapkan takbir seakan-akan menggetarkan bumi dan bedug masjid. Beliau juga kalau mengimami tarawih itu membawa Al-Qur’an, jadi sangat menikmati sekali. Hal itu tentu berbeda jika kita bandingkan dengan diri kita. Bagaimana shalat kita? Mana yang lebih banyak menghabiskan waktu antara shalat dan ke warung?
Beruntunglah kita mendapatkan nabi yang benar-benar memikirkan umatnya. Karena Rasulullah kita mendapat keutamaan dari Allah. Contoh shalat jamaah, bahwa shalat jamaah itu dilipatgandakan oleh Allah dibandingkan dengan shalat sendiri. Itu merupakan cara Allah agar pahala yang diterima umat Muhammad tetap melimpah meski berumur rata-rata pendek.
Kemudian bagaimana shalat Rasulullah? Ketika digambarkan dalam hadis, Aisyah bercerita bahwa telapak kaki Rasulullah itu bengkak karena lama berdiri ketika shalat malam. Rukuknya Nabi itu selama kira-kira bacaan 50 ayat. Jadi bisa dibayangkan meski Nabi shalat malam hanya beberapa rakaat bisa sampai mendekati subuh.
Lalu pada kehidupan sosial kemasyarakatan Rasulullah terkenal sebagai pribadi yang pemaaf. Ketika ekspansi kota Makkah (Fath Makkah) banyak tokoh kafir Quraisy yang diamankan di rumah Abu Sufyan, para sahabat sudah penasaran hukuman apa yang akan diberikan kepada mereka. Ternyata Nabi mengatakan “izhabu fa antum al-thulaqa’” (pergilah kalian bebas). Itulah sikap Rasulullah kepada musuh-musuhnya.
Saat hijrah ke Taif untuk meminta bantuan dalam menghadapi kafir Quraisy rasulullah juga mendapat perlakuan sama. Mereka bersikap tak senang dengan kehadiran Nabi, sampai-sampai dilempari kotoran unta dan batu. Hingga malaikat Jibril datang menawarkan bantuan, “Bagaimana kalau gunung Uhud dilemparkan ke penduduk Taif?” Nabi tidak memperbolehkan. Alasanya mungkin saja anak cucu mereka muncul menjadi orang yang saleh. Bahkan Nabi mendoakan mereka, “Allahummaghfir liqaumi fa innahum la ya’lamun.”
Itulah bagian dari akhlak Rasulullah. Sehingga pantas Allah sampai bersumpah memifirmankan uswah hasanah kepadanya. Teladan/uswah itu teruntuk mereka yang berharap bertemu dengan Allah. Sebab kalau orang itu ingin berjumpa dengan Allah, pasti harus mendekat kepada Rasulullah.
أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Transkip: Yuniar Indra Yahya