Para pembina dan pengurus Pesantren Tebuireng ikuti pelatihan dan pendampingan pesantren ramah anak di Balai Diklat Tebuireng. (foto: auliaa)

Tebuireng.online— Pelatihan dan Pendampingan Pesantren Ramah Santri dilatarbelakangi oleh fenomena bullying yang menjadi perhatian serius di kalangan pesantren, sebab hal itu tidak hanya berdampak negatif pada korban secara psikologis dan fisik, tetapi juga merusak citra pesantren sebagai lembaga pendidikan yang seharusnya menanamkan nilai-nilai akhlak mulia.

Hal itu disampaikan oleh Mudir Bidang Pesantren, H. Lukman Hakim saat memberi sambutan dalam pembukaan pelatihan dan pendampingan pesantren ramah anak yang dihadiri 32 peserta dari perwakilan Pesantren Tebuireng. Peserta mencakup perwakilan Ustadz/ustadzah dan pimpinan Pondok dari Tebuireng Kesamben, Tebuireng Sains dan Tebuireng Pusat.

“Santri yang seharusnya merasa aman dan terlindungi di pesantren, justru mengalami tekanan dan ketakutan yang dapat menghambat perkembangan mereka baik dari segi akademik maupun spiritual, dan itu tidak boleh terjadi,” tegasnya di hadapan Pembina dan Pengurus Pesantren Tebuireng, pada Jumat (30/8/2024) di Balai Diklat Tebuireng Jombang.

Selain menegaskan tentang keamanan dan ketertiban di pesantren, H. Lukman juga mengingatkan bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang konkret dalam mengatasi masalah bullying di pesantren dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.

Baca Juga: Mencegah sebelum Terjadi, Tebuireng Gelar Pendampingan Pesantren Ramah Anak

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Dengan terwujudnya pesantren yang ramah santri, diharapkan generasi muda yang dihasilkan dari lembaga ini akan menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa,” tambahnya.

Pada kesempatan itu, Dr. Mahpur sebagai salah satu pelatih dan pendamping mengawali dengan bermain game dan perkenalan forum dilanjut kontrak forum. Dalam kontrak forum itu Dr. Mahpur memberikan kebebasan unruk membuat peraturan kelas agar berjalan dengan kondusif.

Peserta dengan aktif memberikan aspirasi, mulai dari memberikan apresiasi bagi yang datang paling awal dan memberi hukuman bagi yang datang terlambat. 

Ustadz Bukhori memberikan usulan agar tidak terlalu fokus dengan hukuman dan kesalahan orang lain. Karena baginya itu tidak bagus dan kurang efektif, “alangkah lebih baiknya untuk memberikan apresiasi bagi yang datang awal. Ini akan membuat orang-orang berlomba-lomba untuk datang diawal waktu.” Ucapnya dalam forum pelatihan dan pendampingan pesantren ramah anak itu.



Pewarta: Aulia