ilustrasi perempuan. (image.sufi)

Oleh: Wan Nurlaila Putri*

Dari ujung gazebo Pondok Pesantren Al Falah, terlihat dua santri dengan menggunakan seragam biru muda dan jilbab putih khas pondok tersebut sedang duduk sambil bercerita. Terdengar suara menggelegar dari salah satunya. Santri itu adalah Guzel dan Jema, dua sahabat yang sangat terkenal akrab dan kecerdasan baik akademik maupun non akademiknya. Mereka sering mewakili pondok untuk mengikuti perlombaan kutubussalaf di berbagai tingkat.

Bagaimana tidak mereka adalah teman karib yang selalu bersama dari sekolah dasar. Keduanya sama sama terlahir dari orang tua yang paham agama. Tidak hanya terkenal dengan prestasinya, mereka berdua terkenal dengan prilaku yang sangat baik dan sopan santun, ramah kepada seluruh santri dan sangat dermawan.

Suatu hari, keduanya memenangkan lomba kutubussalf mewakili pondok di tingkat internasional. Mereka berhasil membawa pulang berbagai pengharagaan yang diraih pada perlombaan tersebut. Kala itu perlombaan dilaksanakan di Brunai, setelah acara selesai keduanya kembali ke pondok untuk menjalankan aktivitasnya kembali sebagai santri Al Falah putri.

Sesampainya di pondok, Guzel dan Jema tidak menyangka akan disambut semeriah ini bahkan pondok putra pun ikut menyaksikan kepulangan mereka dan memberikan selamat. Mereka berdua disambut dengan panggung besar oleh pengasuh serta ustadz dan ustdzah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Seluruh santri merasa gembira dan senang melihat keberhasilan mereka mengharumkan nama baik pondok, tapi tidak dengan satu santri, dia adalah Ega.

******

“Jema, aku pengen banca’an (red. traktiran) deh, kan hadiah kita juga lumayan, biar mereka merasakan kebahagiaan kita juga Jem. Menurutmu gimana? Tanya Guzel yang sedang meilhat makanan di kantin mbok Yem.

“Eeeeh boleh tuh, kayaknya seru.” Ucap Jema sambil memberikan jempol untuk memberikan jawaban setuju. Setelah itu mereka pun membeli makanan dan menikmati makanan di kantin mbok Yem sembari sesekali tertawa.

Kabar itu terdengar di telinga para santri bahwa Guzel dan Jema akan syukuran atas kemenangan yang diraih oleh keduanya. Ternyata keduanya membelikan 500 tumpeng dan 3000 risol serta makanan gurih lainnya. Hari itu pondok Al Falah benar-benar makan besar yang dibelikan oleh kedua santri tersebut.

Seminggu setelah acara syukuran tersebut, pondok pesantren Al Falah di kejutkan dengan kematian salah satu santrinya. Dikabarkan saat ditemui di tempat kejadian perkara, santri tersebut sudah tergeletak di lantai dengan mulut berbusa, saat ini polisi sedang menyelidiki kasus ini. Dan untuk sementara kegiatan apapun di pondok Al Falah diliburkan. Guna mempermudah penanganan kasus kematian santri tersebut.

Didalam masjid seluruh santri menangis histeris menunggu kedatangan Guzel, iya benar santri yang meninggal secara tiba-tiba itu adalah Guzel. Entah apa penyebabnya seluruh guru dan pengasuh belum bisa memberikan jawaban. Tangisan santri makin pecah ketika terdengar bunyi ambulan yang sangat menggelegar di telinga memasuki area pondok. Semua santri menangis saat melihat jenazah Guzel yang sudah terbungkus kain kafan tersebut. Jema selaku teman karib Guzel pingsan ketika ambulan datang.

Setelah disholatkan kemudian para ustadz dan pengasuh mengantarkan jenazah guzel ke tempat istirahatan terakhrinya bersama seluruh santri putra. Disisi lain tampaknya Jema masih belum sadarkan diri.

*******

5 hari setelah kejadian, Jema masih menjadi seorang yang pendiam dan murung. Tidak pernah terlihat kalau Jema berinetraksi kepada santri lain, yang dilakukan hanya merenung dan melamun akibat kesedihan yang dialami. Suatu ketika jema pergi ke kuburan Guzel untuk mengirim doa. Sesampainya di sana Jema benar-benar menangis, Jema benar-benar terpukul atas kepergian sahabat sejatinya itu.

Jema menangis sambil bertanya kepada Guzel yang ada di bawah sana, siapa kah gerangan yang membuat Guzel seperti ini. Kematian ini benar-benar karna Guzel sendiri atau ada pihak lain yang sengaja membunuh Guzel.  Setelah tangisannya reda, Jema pun berpamitan untuk pulang.

Sesampainya di pondok Jema pun berniat untuk mandi dan membersihkan diri. Setelah itu lanjut kegiatan pondok seperti biasa.  Saat kembali dari kamar mandi untuk memakai skincare, Jema melihat sosok yang sedang berdiri tepat di belakang dirinya. Jema pun memastikan siapa yang dilihat, ternyata benar itu adalah Guzel. Guzel datang?

Jema pun terdiam dan terus menatap Guzel yang berdiri di belakang sana, entah lah ini asli atau bukan tapi Jema masih tetap memastikan. Saat Jema ingin berdiri dan menghampiri Guzel, Jema duduk dan melihat tulisan yang ada di kaca. Jema pun mengangguk dan kembali duduk.

Dan saat jema melihat tulisan yang ada di depannya, ia terkejut, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya dingin, matanya panas dan emosinya membuncak. Tangannya mengepal menandakan kebencian pada apa yang tertuliskan oleh sosok Guzel. Dan ternyata kematian Guzel adalah kematian yang disengaja karena rasa iri yang ada. Melihat Guzel tersenyum, Jema mengerti apa yang Guzel inginkan. Saat akan berbalik badan dan melihat Guzel, Guzel tiba-tiba menghilang.

Sekali lagi Jema memastikan Guzel di depan kaca dan benar Guzel telah menghilang. Saat ini Jema akan merencanakan strategi untuk memberikan pelajaran kepada seseorang yang telah mengambil teman sejatinya. Tunggu aku Guzel, tunggu aku membalaskan dendammu, kepada manusia manis berhati iblis, Ega Safira Cahya.



*Santri Pondok Pesantren Walisongo Jombang.