Sebuah ilustrasi tragedi Karbala. (source: ist-hoogle)

Oleh: Umu Salamah*

10 Muharrom 61 H. Padang Karbala menyambut senja dengan penuh kesedihan. Husein Ibn Ali bersiap-siap dalam kemahnya. Mendoakan keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Tekadnya bulat, misi amar ma’ruf nahi mungkar, harus tetap ditegakkan meskipun kematian adalah barang mahal yang harus dipertaruhkan. Ketegasannya menjadi bukti nyata bahwa ia adalah darah daging Rasulullah Saw.

Sejarah telah berbicara tentang nabi-nabi terdahulu, pejuang-pejuang Islam, pribadi-pribadi keren nan hebat, individu-individu luar biasa  yang menjadi cermin untuk kita jadikan panutan. Mereka mengajarkan kepada kita bahwa proses untuk membuka tabir menjadi kekasih Allah itu sungguh berat dan tidak mudah. Allah berfirman dalam surah Ali Imron ayat 195;

فَٱسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّى لَآ أُضِيعُ عَمَلَ عَٰمِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ ۖ بَعْضُكُم مِّنۢ بَعْضٍ ۖ فَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَأُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِمْ وَأُوذُوا۟ فِى سَبِيلِى وَقَٰتَلُوا۟ وَقُتِلُوا۟ لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ثَوَابًا مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلثَّوَابِ

Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.

Banyak orang malas beramar ma’ruf nahi munkar karena mereka tau resikonya besar. Jauh dari keluarga, terusir, disakiti, dibenci, perang, bahkan dibunuh. Namun tidak dengan Husein Ibn Ali, darah yang mengalir di dalam tubuhnya adalah darah manusia yang kuat dan tabah dalam menanggung semua resiko itu. Maka ia pun sama, tak ada yang bisa menghalanginya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Tragedi Karbala dan Terpecah-belahnya Islam

Dua pasukan sudah saling beradu pandang. Ini adalah perang yang tidak imbang. Pasukan husein yang kecil melawan kebesaran pasukan Umar ibn Sa’ad. Keduanya bersiap dan saling menunggu.

Siang menuju sore, langit karbala memantulkan kilatan ribuan kilatan pedang. Udara membising dengan ringkikan kuda. Debu berhamburan kesana kemari. Dari balik itu, tampak wajah-wajah tegang dan cemas. Namun tampak pula wajah-wajah yang tersenyum tenang. Perangpun berkecamuk dan korban berjatuhan satu per satu. Darah mengalir di mana-mana. Karbala menyaksikannya.

Matahari mulai menenggelamkan diri di ufuk barat, awan merah mulai berdatangan. Mendung dan hujan ingin segera turun dari langit untuk mengabarkan kesedihannya. Dari kejauhan, di tenda perkemahan, para wanita menangis panjang menyaksikan kesyahidan cucu Rasulullah SAW. Karbala telah menjadi tempat yang mengerikan.

Alam turut bereaksi. Dalam tafsir ad-Durul Mantsur karya Imam  Suyuthi dijelaskan, Zaid bin Ziyad berkata: “Ketika Al-Husein terbunuh ufuk-ufuk langit memerah selama empat bulan.”

Jauh sebelum kejadian itu, Rasulullah SAW sudah mengetahui terbunuhnya Husein Ibn Ali melalui informasi yang dating dari malaikat hujan sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik;

استأذَنَ مَلَكُ القَطْرِ على النَّبيِّ ﷺ، فقال النَّبيُّ ﷺ: يا أُمَّ سَلَمةَ، احفَظي علينا البابَ. فجاء الحُسَينُ، فاقتَحَمَ، وجعَلَ يتوَثَّبُ على النَّبيِّ ﷺ، ورَسولُ اللهِ يُقبِّلُه. فقال المَلَكُ: أتُحِبُّه؟ قال: نَعَمْ. قال: إنَّ أُمَّتَكَ ستَقتُلُه، إنْ شِئتَ أرَيتُكَ المَكانَ الذي يُقتَلُ فيه. قال: نَعَمْ. فجاءهُ بسَهلةٍ، أو تُرابٍ أحمَرَ

Artinya; Malaikat hujan meminta izin kepada Allah untuk menemui Nabi Muhammad SAW. Kemudian Rasulullah berkata, “wahai ummu salamah, jagalah pintu”. Kemudian datanglah Husein lalu menerobos pintu tersebut dan menyerobot kea rah Nabi, kemudian nabipun menciumnya. Kemudian malaikat hujan bertanya, “apakah kamu mencintainya?” Nabi menjawab, “ya”. Malaikat hujan berkata, “sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau berkenan, aku akan memberitahumu tempat dimana dia akan terbunuh”. Nabi berkata, “boleh”. Kemudian malaikat hujan dating dengan membawa tanah atau debu merah.

Ya, debu itu adalah debu Karbala yang merah, semerah darah Husein Ibn Ali.



*Alumni Pondok Pesantren Putri Al-Anwar Sarang.