
Tebuireng.online— Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Prof. Dr. H. Haris Supraptno menjelaskan maksud kerjasama antara Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) dan Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid. Hal itu diungkap dalam acara bertajuk “Islam Nusantara dan Regenerasi Kepemimpinan Nasional Menyongsong Indonesia Emas”, yang digelar di aula gedung Dekan lt. 6 kampus 1 Unwahas, Semarang pada Jumat (12/7/2024).
Dalam acara itu membahas 5 aspek penting kerjasama yang dapat diimplementasikan, antara lain; pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, kegiatan-kegiatan Tri Darma baik pendidikan, penelitian, ataupun pengabdian masyarakat.
Hal yang tidak kalah penting menurut beliau adalah setiap MoU harus diikuti dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) terutama oleh dekan atau ditindaklanjuti kaprodi masing-masing, para dekan atau warek mungkin bisa menindaklanjuti MoU pada hari ini.
“Monggo kita bisa buat terobosan pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa dalam rangka implementasi dari MBKM,” ungkap Prof. Haris.
Prof. Haris menambahkan bahwa kerjasama ini adalah bagian dari IKU-6 yang tetap harus ditindaklanjuti, karena implementasi dari ilmu yang diperoleh untuk abdikan kepada masyarakat, dapat melaluinprogram program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Kalau di lingkungan kemendikbud MBKM sudah wajib, tapi kalau di lingkup kemenag belum semua menjalankan, baru tahapan sosialisasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut beliau juga menerangkan bahwa Unhasy dan Universitas Wahid Hasyim berada di bawah naungan 2 kementrian atau 2 bapak, yakni Kemdikbudristek dan Kementrian Agama.
“Kami berharap, Unwahas maupun UIN Gus Dur mudah mudahan MoU ini bisa kita tindaklanjuti, bukan sekedar MoU semata,” harap beliau.
Diakhir beliau juga berharap agar ketiga Perguruan Tinggi dapat saling mengingatkan untuk kerjasama seperti mengadakan seminar, kepenulisan ataupun pertukaran dosen dan mahasiswa.
Pewarta: Ilvi Mariana