
Secara bahasa, syahwat artinya menyukai atau menyenangi. Sedangkan secara istilah, nafsu syahwat adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at. Adanya syahwat ini sendiri memiliki manfaat dan juga kemadharatan. Seperti halnya pisau yang akan sangat berguna jika digunakan untuk memasak dan bisa berbahaya jika pisau tersebut digunakan dalam hal kejahatan misalnya untuk menghilangkan nyawa orang lain.
Menurut Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari, bahwa Allah Ta’ala menciptakan manusia dengan disertai syahwat. Adanya syahwat pada diri manusia tidak sia-sia, akan tetapi terdapat faedah dan manfaat didalamnya. Bahkan jika manusia tidak memiliki syahwat (selera makan), misalnya kemudian dia tidak makan, sehingga akan menyebabkan dirinya binasa.
Demikian juga jika manusia tidak memiliki syahwat terhadap lawan jenis, maka keturunan dapat menjadi terputus. Oleh karena itu, keberadaan syahwat pada manusia tidak tercela. Celaan itu tertuju jika manusia melewati batas dalam memenuhi syahwat. Seperti dalam cerita film yang sedang booming ini, “Ipar adalah Maut” dalam kisah tersebut tokoh Rani dan Mas Aris tidak bisa mengendalikan nafsu syahwatnya sehingga terjadilah kesalahan yang fatal.
Salah satu ujian terberat bagi singlelillah pada masa penantian adalah gejolak syahwat. Baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Nafsu syahwat bisa mendatangkan kemudharatan jika tidak segera dikendalikan ataupun diredam. Jika tidak diredam tentu akan memicu berbagai perilaku buruk seperti perzinaan, kecanduan pornografi dan berbagai perilaku tidak baik lainnya. Berikut ini coba simak 4 tips jitu mengendalikan syahwat saat dalam masa penantian;
- Menundukkan Pandangan
Islam mengajarkan semua pemeluknya untuk menjaga pandangan (Ghaddul bashar) dari hal-hal yang tidak diperbolehkan. Tujuannya tidak lain agar sesuatu yang tidak diinginkan yang bermula dari pandangan tidak menjadikan kemudharatan. Kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar terhindar dari zina mata. Zina mata adalah jendela bagi berbagai keburukan lainnya, maka dari itu kita harus berhati-hati dan menjaga pandangan agar terhindar dari zina mata.
Baca Juga: Cara Mengendalikan Nafsu dan Syahwat
- Membatasi Interaksi dengan Lawan Jenis
Bergaul dengan lawan jenis bukanlah hal yang dilarang dalam Islam. Namun, pergaulan antar lawan jenis harus memiliki batasan yang dilandasi dengan etika agar tidak melanggar syariat yang ada. Batasan atau boundaries itupun diterapkan baik secara langsung maupun di dunia maya, batasan itu seperti tidak berdua-duaan / berkhalwat dengan yang bukan mahrom, tidak bercanda yang melebihi batas, selalu menjaga adab berkomunikasi dengan baik, dll.
- Memperbanyak Puasa
Puasa hakikatnya dapat mensucikan badan dan mempersempit jalan setan. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir turut disebutkan sebuah hadits yang dinukil dari kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah bersabda;
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوْجُ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِا لصَّوْمِ فَانَّهُ لَهُ وِجَاء
Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah ia menikah. Dan barangsiapa yang belum mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa kerena puasa merupakan penawar baginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
- Menyibukkan Diri dengan Aktivitas Kebaikan
Menyibukkan diri dengan membangun relasi pertemanan yang positif, berolahraga bersama, melakukan hobi bersama dan mengikuti kajian majelis ilmu atau seminar bersama teman-temanmu akan membuat dirimu lebih baik dari sebelunya. Jangan lupa perbaiki juga ibadahmu dan hubunganmu kepada Tuhan, cobalah untuk menggunakan jalur langit dalam setiap proses kehidupanmu, selalu libatkan Tuhan serta percaya akan segala ketetapannnya terhadap dirimu adalah hal yang terbaik.
Itulah 4 tips jitu mengendalikan syahwat saat dalam masa penantian. Kamu harus percaya kepada Allah kalau kamu pantas mendapatkan pasangan yang baik dan bisa membimbing kamu. Tetapi yang perlu menjadi catatan penting adalah bagaimana kamu bisa mendapatkan ridho Allah untuk bersanding dengan dia, bagaimana kita bisa menjaga diri kita dari segala hal yang Allah larang, bagaimana kita bisa memberikan batasan atau boundaries dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Maka memperbaiki diri bukan hanya karena ingin menjadi layak mendapatkan orang baik, tetapi sadar membangun keluarga yang Allah ridhoi harus dimulai dari diri sendiri.
Penulis: Ara
(Aktif di Sanggar Kapoedang Tebuireng)