
Oleh: Muhammad Adib*
“Perbanyaklah menulis, karena menulis bisa menjadi katarsis yang bermanfa’at bagi psikologis.”
Katarsis, umumnya kata ini lebih sering digunakan para ‘pemburu ilmu’ dan pakar yang berkecimpung dalam dunia psikologi. Berasal dari bahasa Yunani yaitu katharsis yang berarti pembersihan atau penyucian diri, dan filsuf Sokrates-lah pionirnya. Katarsis berfungsi untuk melampiaskan atau melepaskan emosi, perasaan, keluh kesah dan beban yang tersimpan dalam hati dengan cara yang positif. Seseorang yang bisa melakukan katarsis dengan baik akan berdampak bagi kepribadian orang yang mengaplikasikannya.
Seorang ahli saraf dan psikologi yang dijuluki ‘Bapak Psikoanalisis’ Sigmund Freud mengungkapkan bahwa emosi yang terpendam dan dibiarkan terus-menerus akan berdampak negatif bagi pribadi. Sewaktu-waktu emosi tersebut dapat meledak dan merusak, untuk itu diperlukan sarana untuk menyalurkan seluruh keresahan dan uneg-uneg tersebut.
Metode katarsis pun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, bisa dengan lisan maupun perbuatan. Ada 3 jenis katarsis menurut para ahli yang pertama katarsis spiritual, merupakan katarsis yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapula katarsis rekreasional, yaitu katarsis yang dilakukan dengan cara jalan-jalan, berwisata, atau nongkrong bersama teman. Sementara katarsis emosional adalah katarsis yang dilakukan dengan meluapkan semua emosi dan perasaan dengan cara yang paling original. Bisa dengan curhat, berteriak di keheningan seperti di pantai atau hutan, bernyanyi, bisa juga dengan cara menulis.
Nah, menulis merupakan salah satu katarsis terampuh yang dapat dilakukan untuk melepaskan beban dan keresahan yang terpendam. Tarian-tarian pena dalam lembaran putih yang disampaikan dari hati dapat membantu melampiaskan seluruh emosi dan beban batin.
Menulis diibaratkan berkomunikasi dengan diri sendiri tanpa harus canggung mengungkapkan isi hati. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulainya;
Pertama pastikan suasana harus tenang, nyaman dan rileks. Hal ini diperlukan agar pikiran bisa berkonsentrasi penuh.
Kedua cobalah untuk mengawali dengan menarik napas dalam-dalam sambil mengucapkan kalimat yang dapat memotivasi kita, seperti berniat dan mengucapkan bismillah, atau kalimat “saya pasti bisa menghilangkan perasaan negatif ini” atau kalimat lainnya.
Ketiga let it flow like water, menulislah tanpa harus pusing memikirkan diksi yang romantis ataupun sentimentil layaknya pujangga dan sastrawan profesional, pokoknya ‘just write it’. Rasakan semua emosi dan perasaan kamu berpindah kedalam tulisan tersebut.
Keempat, jangan buru-buru mengirimkan tulisan hasil katarsis ke media manapun. Simpan saja dulu, fungsinya agar lebih menenangkan hati dan . Tulisan hasil katarsis sebenarnya bukan untuk dipublikasikan, melainkan untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian yang menimpa hidup. Suatu saat jika ingin dipublikasikan pun lakukanlah self editing, lalu perhatikan apakah tulisan ini benar-benar baik dan bermanfaat untuk para pembaca.
Empat tips yang akan membantu aktivitas menulis menjadi sarana katarsis:
- Jelaskan permasalahan/pengalaman traumatis yang dialami
Konflik, masalah dan ketakutan merupakan suatu keniscayaan. Tak ada satu pun manusia yang hidup dibawah kolong langit ini yang gak memiliki masalah. Cobalah untuk menuliskan seluruh permasalahan yang kamu alami. Tumpahkan semua emosi dan kegelisahan senatural mungkin tanpa harus memikirkan diksi yang ribet and let it flow. Yakinkan diri kamu pasti akan ada jalan keluar dari setiap masalah, karena sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
- Ungkap sejujurnya siapa kamu sebenarnya
Jelaskan sejujurnya bagaimana karakter pribadi kamu saat menghadapi pengalaman buruk tersebut, walaupun karakter kamu saat itu buruk sekalipun. Ungkap semua sisi gelap pribadi kamu dan tuliskan. Jangan ada sedikitpun sifat-sifat atau karakter yang disembunyikan, karena ini akan menjadi dasar bagi kamu untuk bahan refleksi dan evaluasi menuju the new you.
- Refleksi dan evaluasi
Konflik, permasalahan, ketakutan dan segala macam emosi telah di tumpahkan. Karakter dan sifat-sifat telah ditunjukkan, lalu bagaimana? lakukan refleksi dan evaluasi, apa penyebab hal buruk tersebut bisa terjadi? adakah kesalahan yang saya lakukan sehingga masalah terjadi? apa yang seharusnya dilakukan? itulah refleksi dan evaluasi. Kalau bahasa kerennya sekarang kita sebut dengan ‘kontemplasi’. Refleksi dan evaluasi membantu kamu untuk memperbaiki diri dan menentukan target yang harus dicapai.
- Harapan dan tujuan yang ingin dicapai
Setiap orang pasti mempunyai harapan dan tujuan yang ingin diwujudkan. Maka dari itu pribadi yang berhasil menjadikan tulisannya sebagai katarsis adalah yang mampu menuliskan harapan dan tujuan. Hal ini akan menjadi pedoman baginya dalam menjalani kehidupan. Jangan lupa untuk tetap bersyukur dengan keadaan yang sekarang, karena diluar mungkin banyak yang masalahnya lebih berat dari kamu.
Nah, itulah 4 tips yang akan membantu aktivitas katarsis, terakhir akan saya tutup dengan quote dari penulis terkenal dunia asal Inggris Graham Greene yang mengatakan: “Menulis merupakan salah satu bentuk terapi yang dapat digunakan untuk meloloskan diri dari kemurungan, kepanikan, ketakutan, dan kegilaan dalam menghadapi situasi hidup”.