
Tebuireng.online—Presidium Nasional (Presnas) Ikapete, Prof. DR. H. Masykuri Bakri hadir dan memberi sambutan dalam acara Rakernas dan Halaqoh Kebangsaan yang digelar oleh Pengurus Ikapete di Trawas, Mojokerto Jumat dan Sabtu (26-27/1/2024) kemarin.
Dalam sambutannya itu, Prof. Masykuri mengucapkan terima kasih kepada Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz dan bu Nyai Lelly Lailiyah Hakim yang selalu mensuport dan mendampingi dalam melantik PC/PW serta memberikan saran yang sangat memotivasi untuk berkembangnya Ikapete.
“Terima kasih selalu memberi support pada Ikapete, yang mana Ikapete insyaAllah akan segera membuat Graha Ikapete,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, di hadapan ratusan peserta Rakernas Prof. Masykuri bersyukur atas terbentuknya PW yang telah terbentuk sebanyak 15 PW dan 71 cabang Ikapete yang salah satunya adalah Ikapete luar Negeri.
Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) ini juga menyebutkan, di mana terselip daya dukung yang luar biasa pada Ikapete, terdapat nama besar KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yang menjadi mabit luar biasa, ditambah dengan sosok KH. Abdurrahman Wahid yang memiliki ide cemerlang dalam melontarkan dasar-dasar organisasi yang kuat dan memiliki pemikiran jauh kedepan, hingga tidak heran seringkali di juluki sebagai wali ke-10.
Selain itu, beliau juga membahas legasi Nasional dan Internasional telah menjadi bagian dari pengakuan masyarakat luas dengan syiar islam Ahlussunnah wal Jamaah dan komite hijaznya yang menjadi legasi bukan hanya Indonesia, tetapi hingga dunia, dalam mempersatukan umat Islam, diantaranya melalui Haji dan monumen-monumen yang fundamental hingga saat ini masih bisa kita rasakan bersama.
“Termasuk bagaimana juga terkait dengan Arab Saudi yang bisa membuka diri untuk menerima madzhab-madzhab lain di mana hal tersebut adalah salah satu dari masukan tokoh kita, pendiri Pesantren Tebuireng,” terangnya menceritakan jasa Kiai Hasyim Asy’ari.
Dalam forum itu, Ia juga membahas perihal pengasuh yang memiliki sikap egaliter dan populis. Menurutnya, sebagai Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim memiliki sifat rendah hati, merakyat, dan tidak elitis.
Presnas ini juga menyampaikan pesan potensi alumni dengan keahlian yang beragam jangan sampai dipandang sebelah mata, bagaimana jika gerakan Presnas PW/PC yang segera melakukan pendataan kongkrit dapat menjadi kekuatan besar. Pengurus Ikapete harus memiliki sikap inklusif.
“Jangan bilang aku, tapi bilang kita. Sungguh kita akan memiliki 1 lompatan jika kita mengatakan kita, bukan aku,” tegasnya.
Harapan ke depan adalah bagaimana PCI di Luar negeri dapat kita sambungkan dengan Alumni Pesantren Tebuireng. Ini merupakan salah satu bentuk legensi kita sebagai IKAPETE untuk ikut mengambangkan jejaring dengan lembaga-lembaga Tebuireng.
Modal Ikapete maju adalah high trust society, bagaimana masyarakat yang saling percaya. Adapun alasan kenapa dibentuknya PCI ini, diharap IKAPETE dapat kebesaran dalam berkembang, bersandingan dengan NU. Bukan bermaksud bertanding untuk bersaing, namun bersanding dengan ideologi sama namun tetap ber stempel Alumni.
“Penemuan terbesar sepanjang masa adalah bahwa seseorang dapat mengubah masa depannya dengan mengubah sikapnya saat ini,” tutupnya mengutip Oprah Winfrey.
Pewarta: Ilvi Mariana