
Tebuireng.online— Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) gelar Rapat Kerja Nasional & Halaqoh Kebangsaan, di Hotel Arayanna Trawas, Mojokerto, Jum’at (26/01/2024).
Dalam sambutan acara, ketua panitia, Hj. Khofsyotul Maryam menjelaskan tujuan diadakannya Rakernas ini tidak lain agar terciptanya sinergitas antara anggota PW, PC, lembaga, dan Presnas yang ada termasuk Tebuireng cabang.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada ketua Presidium Nasional IKAPETE yang telah membentuk sebuah lembaga perempuan sehingga dapat menjadi wadah perempuan IKAPETE untuk berkiprah.
“Menjadikan kita banyak bisa berkiprah dalam berbagai hal, sampai saat ini kami semua para perempuan tentunya dengan di dampingi senior IKAPETE, hari ini dapat mengemban amanah mulia,” ujarnya.
Beliau juga berharap agar Lembaga Sosial Perangan Perempuan IKAPETE dapat terbentuk di seluruh Indonesia, bahkan dunia.

Ketua Presnas IKAPETE l, Prof. DR. H. Masykuri Bakri, menyebutkan bagaimana perjalanan Presnas IKAPETE bersama dengan seluruh alumni Tebuireng dalam kurun waktu 1 tahun 10 bulan.
“IKAPETE telah menerapkan langkah-langkah strategis dan pembagian suatu sistem kerja yang jelas. Yang mana salah satunya adalah IKAPETE telah tercatat dan di sahkan oleh kementrian Hukum dan HAM, tentang pengesahan pendirian perkumpulan IKAPETE,” jelasnya.
Saat itu, ia juga menjelaskan bahwa, “identitas telah kita miliki, kita mau bermitra sama siapa saja kita bisa, karena kita sudah sah. Maka jangan segan-segan untuk para pengurus IKAPETE membuat sinergitas dengan siapapun,” tambahnya.
Menurutnya, Pesantren Tebuireng memiliki potensi besar, di mana nama besar pendiri Hadratussyaikh ini telah menjadi sebuah mabit yang sangat luar biasa, ditambah terdapat KH. Abdurrahman wahid yang telah meletakkan dasar-dasar organisasi yang kuat, dan memiliki pemikiran yang jauh kedepan, bahkan hingga di kenal dengan sebutan wali ke-10.
Lebih lanjut pengarahan sekaligus pembukaan Rakernas yang dibuka langsung oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz, atau akrab disapa Gus Kikin. Beliau menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya untuk Pesantren Tebuireng.
“Karena kita sama-sama tau bagaimana Hadratusyaikh membuka pintu untuk kita semua berkhidmat kepada bangsa, negara dan agama. Tidak terlalu muluk-muluk, kita mengharapkan bahwa wadah yang ada saat ini dapat kita gunakan untuk berkhidmat,” ujar beliau.

Bagi Gus Kikin apa yang ditinggalkan Hadratussyaikh masih dapat terus digali untuk menemukan perjalanan yang luar biasa.
Lebih lanjut beliau juga menceritakan perjalanan sejarah umat islam yang mengejutkan, di mana Indonesia yang dijajah kurang lebih 3 setengah abad lamanya, namun ketika Belanda kembali, tidak ada kerusakan adat dan budaya Indonesia.
“Begitu Belanda kembali, yang tahlilan kembali tahlilan yang ziarah kubur kembali ziarah ke makam, yang mulud-an dan sholawatan juga kembali mulud-an dan sholawatan,” terang beliau.
Setelah ditelusuri Hadratusyaikh ketika di Mekkah juga sempat belajar dengan KH. Nawawi Al Banteni. Beliau juga menerangkan bahwa perjuangan ulama terus menyambung bahkan sejak zaman dahulu.
“Paling tidak sejak zaman Pangeran Diponegoro,” tambah beliau.
Pewarta : Ilvi Mariana