
Oleh: Rara Zarary*
Tangannya melepuh, melukis kisah rapuh
matanya yang berkunang dibunuh kenang
setiap hari ia memakan kekecewaan
kenyang dengan penderitaan
sesekali tertawa tanpa kelucuan
banyak menangis menjerit meminta keadilan
hidupnya penuh harapan dan kepalsuan
ia telah terjebak cinta buta dan ketidakberdayaan
tak ada kata yang gairah
untuk melangkah
atau paling tidak hidupnya kembali punya arah
rasanya dunia telah buntu di hadapannya
jangan mati
mengakhiri hidup tanpa arti.
Jbg, 21.00