manusia dalam sebuah majelis (foto/NA.Farid)

Oleh: KH. Fahmi Amrullah Hadziq

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لا نبي بعده

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Janganlah kita meninggalkan dunia, kecuali dalam keadaan husnul khatimah.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Di zaman yang sudah akhir ini mari sejenak kita meranungkan apa yang didawuhkan oleh baginda Muhammad Saw dalam sebuah hadisnya,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يُحِبُّوْنَ خَمْسًا وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا يُحِبُّونَ الدُّنْيَا وَيَنْسَوْنَ الْعُقْبَى وَيُحِبُّوْنَ الدُّورَ وَيَنسَوْنَ الْقُبُوْرَ وَيُحِبُّوْنَ الْمَالَ وَيَنْسَوْنَ الْحِسَابَ وَيُحِبُّوْنَ الْعِيَالَ وَيَنْسَوْنَ الْحُوْرَ وَيُحِبُّوْنَ النَّفْسَ وَيَنْسَوْنَ اللهَ هُمْ مِنِّي بَرَاءٌ وَاَنَا مِنْهُمْ بَرِيْئٌ

“Akan datang suatu masa pada umatku di mana pada masa itu  mereka mencintai lima perkara  dan melupakan lima perkara. Mereka mencintai dunia dan melupakan (amal) untuk kehidupan akhirat. Mereka mencintai rumah (bangunan yang megah) dan melupakan kubur. Mereka mencintai harta dan melupakan pertanggung jawabannya pada yaumul hisab. Mereka mencintai keluarga dan melupakan bidadari (pada kehidupan yang akan datang). Mereka mencintai nafsu (dirinya sendiri) dan melupakan Allah. Mereka itu jauh dari-Ku dan Aku jauh darinya.”

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dunia adalah tempat tinggal sementara, sedangkan akhirat adalah tempat tinggal abadi, wa al-akhiratu khairun wa abqa (akhirat itu lebih baik dan kekal). Dunia ini semakin dikejar semakin menjauh, sementara akhirat semakin dihindari semakin mendekat. Sebagaimana perkataan Ali ibn Abi Thalib:

اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

“Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal.” (Shahih Bukhari)

Artinya kita ini sedang berjalan meinggalkan dunia menuju akhirat, karena dunia ini berjalan mundur, sedangkan akhirat berjalan maju.

Kemudian yang kedua, banyak orang mencintai kehidupan dunia, akan tetapi melupakan kematian. Padahal di dunia ini tidak ada yang lebih pasti dibanding kematian. Seperti rezeki yang tidak bisa diprediksi. Mungkin hari ini ada orang yang mendapatkan rezeki, namun belum tentu esok. Ada orang hari ini masih menjabat bupati, mungkin saja esok sudah ditangkap oleh KPK. Jadi memang benar yang pasti hanyalah kematian, karena kullu nafsin dzai’qah al-maut (setiap yang bernyawa pasti akan mati).

Kemudian yang ketiga, banyak orang mencintai gedung dan rumah mewah, akan tetapi melupakan kuburan yang menjadi masa depan hakiki. Banyak orang yang membangun rumah di dunia ratusan juta, tetapi mereka lupa membangun rumah masa depan mereka. Bagaimana cara mempersiapkan rumah masa depan (kubur)? Membangun kubur itu bukan dengan semen dan keramik, melainkan dengan amal-amal saleh. Imam Abu Laits mengatakan ada empat perkara yang akan menerangi kubur kita: 1) menjaga shalat, lebih-lebih berjamaah 2) banyak membaca Al-Qur’an, 3) memperbanyak sedekah, 4) memperbanyak zikir. Itulah cara membangun rumah masa depan.

Selanjutnya yang keempat, banyak orang mencintai harta benda, tetapi melupakan hisab. Tidak ada larangan bagi seorang untuk kaya raya dan banyak harta. Hendaknya banyak harta itu tidak melupakan hisabnya. Sebanyak apa pun harta kita, yang kita bawa nanti tetap beberapa helai kain putih. Maka, jadikanlah harta ini sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Terakhir yang kelima, banyak orang mencintai makhluk, namun melupakan Pencipta. Banyak orang membeli kucing sampai puluhan juta, burung berharga miliaran, terkadang kita lupa dengan Penciptanya. Boleh kita mencintai makhluk, tapi jangan sampai melupakan siapa Penciptanya.

Lima perkara ini meri kita renungkan, di mana kita berada dari lima kriterianya? Sehebat apa pun kita mempersiapkan masa depan dunia kita, ketika Allah sudah berkata pulang, maka seketika itu juga semuanya menjadi kelar tak ada gunanya. Mempersiapkan dunia itu boleh, tetapi jangan sampai melupakan akhirat.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qasas: 77)

Semoga kita senantiasa diberi hidayah oleh Allah agar senantiasa di jalan-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




Isi Khutbah Jumat di Pesantren Tebuireng ini ditranskrip oleh: Yuniar Indra Yahya