
Oleh: Fitriatul Hasanah*
Dengan ragam etnis dan budaya di Indonesia, Jawa menjadi salah satu etnis yang mendominasi di antara yang lain. Sudah tak asing lagi jika orang Jawa memiliki sederet tradisi dan kepercayaan yang tak boleh ditinggalkan dan dilanggar, mulai dari upacara adat, kesenian, kepercayaan dan lain sebagainya.
Kepercayaan orang Jawa yang sangat kental memiliki dampak bagi yang melanggarnya.Tak heran jika banyak orang tua dulu sangat cerewet terhadap anak-anaknya terkait hal-hal yang diyakini memiliki dampak jika melanggar. Salah satu kepercayaan yang masih dilestarikan orang Jawa hingga saat ini adalah acara selamatan, baik selamatan lahiran bayi, pertunangan, pernikahan, ulang tahun atau orang meninggal.
Tujuan dari selamatan adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan yang diterima baik individu maupun keluarga serta permohonan berkah yang biasanya dilakukan dengan doa bersama dan diiringi dengan makan. Selain itu, selamatan juga sebagai rasa bentuk untuk memohon perlindungan dan kelancaran dalam kehidupan.
Tak hanya meminta doa dan bentuk rasa syukur, selamatan juga untuk mempererat tali silaturahim antar sesama, menjaga harmoni alam, manusia dan spiritual agar seimbang serta diharapkan dapat merasakan kehangatan serta kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Jawa.
Berikut ini ada beberapa makanan yang tak boleh ketinggalan saat acara selamatan yang memiliki filosofi tersendiri di dalamnya :
Sego Golong
Terbuat dari nasi putih yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola besar. Tradisi ini dapat dijumpai di daerah malang bagian selatan, selalu hadir saat selamatan kelahiran bayi atau acara selamatan lainnya seperti hewan ternak yang melahirkan. Kenapa selalu ada? Karena sego golong memiliki filosofi dengan sebongkah harapan agar rezekinya gembolong yakni rezekinya berlimpah ruah dan berkah. Sego golong tersebut nantinya sebagai berkat atau biasa disebut bingkisan yang akan dibawakan pulang untuk orang yang hadir dalam selamatan.
Kluweh
Jika sego golong saat kelahiran bayi, maka makanan satu ini tak boleh ketinggalan saat acara selamatan orang meninggal. Kluweh merupakan sejenis buah yang satu suku dengan tewel (nangka muda) yang menjadi bahan utama makanan khas jogja yaitu gudeg. Kalau dalam acara selamatan, kluweh ini diolah menjadi lauk pauk yang dihidangkan dalam bingkisan dengan ukuran yang sedikit yang memiliki makna di dalamnya, semoga rezekinya luweh-luweh (tumpah ruah, luber dan berkah).
Iwel-iwel
Makanan yang tak boleh ketinggalan selanjutnya yakni iwel-iwel. Terbuat dari ketan dan gula merah yang selalu hadir dalam selamatan kelahiran bayi. Nama iwel-iwel berasal dari bahasa arab dari kata waliwalidayya yang mempunyai arti berbakti kepada orang tua, karena lidah orang Jawa yang sulit dalam pengucapannya jadilah orang Jawa menyebutnya iwel-iwel. Memiliki makna semoga anak yang lahir dapat berbakti kepada orang tua kelak.
Jadah
Terbuat dari ketan putih, rasanya manis dan memiliki tekstur yang lengket dan padat, jajanan satu ini selalu hadir saat acara lamaran atau pernikahan. Dengan warnanya yang putih bersih, memiliki filosofi semoga kedua mempelai yang akan melangsungkan pernikahan dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan putih bersih, lengket dan langgeng sampai akhir hidup.
Lemper
Sama seperti jadah, lemper ini hadir dalam acara pernikahan. Lemper adalah kue yang terbuat dari beras ketan yang diisi dengan daging ayam atau abon, kemudian dibungkus dengan daun pisang. Lemper melambangkan keuletan dan kesetiaan, dengan harapan agar pasangan pengantin selalu setia dan mampu mengatasi berbagai rintangan dalam rumah tangga.
Tak hanya memiliki makna unik dibalik dihidangkannya makanan tersebut, namun tersemat banyak kandungan nilai-nilai sosial yang patut dilestarikan di era kini. Seperti nilai gotong royong, dimana melibatkan anggota masyarakat dalam mempersiapkan segala hal dalam acara dan menjadikan hubungan antar anggota masyarakat menjadi lebih erat dan harmonis dengan adanya gotong royong.
Baca Juga: Tradisi Slametan dan Dampak Positifnya
Tradisi-tradisi tersebut bukan hanya sekedar ritual belaka tetapi merupakan cerminan kekayaan budaya Jawa yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa yang hingga kini tetap dirawat dan diperkuat dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu, juga sebagai penghormatan terhadap nenek moyang dan bentuk ekspresi identitas budaya mereka.
Karena dulu saat Islam merasuk dalam tanah Jawa, para wali pun tak serta merta menghilangkan nilai spiritual dan adat istiadat kebudayaan Jawa begitu saja, namun disematkan nilai spiritual Islam yang dipadukan dengan nilai-nilai tradisi Jawa seperti makanan di atas, hal tersebut agar Islam diterima dengan baik.
Tradisi yang memiliki sarat makna dan nilai-nilai yang melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah warisan yang perlu dilestarikan oleh generasi masa depan agar tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu dan punah begitu saja.