Beberapa tokoh dari 3 Perguruan Tinggi menyampaikan alasan kerja sama di forum seminar nasional. (sumber: unwahasTV)

Tebuireng.online– 3 Perguruan Tinggi dengan nama tokoh Nahdlatul Ulama’ (NU) yakni Universitas Wahid Hasyim, Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) dan Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid, bersatu dalam sebuah kerja sama Seminar Nasional dengan tema “Islam Nusantara dan Regenerasi Kepemimpinan Nasional Menyongsong Indonesia Emas”.

Acara yang digelar di Aula Gedung Dekan lt. 6 Kampus 1 Unwahas, Semarang pada Jumat (12/7/2024) itu, diawali dengan penandatanganan MoU ini juga mengundang narasumber dari ketiga Perguruan Tinggi, diantaranya Prof. Dr. H. Muhlisin, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Dan Kerjasama UIN Gus Dur, Prof. Dr. H. Purwanto, Rakil Rektor Bidang Riset, Teknologi, Inovasi dan Kerjasama Unwahas, Dr. Fathur Rohman, selaku Wakil Dekan Fakultas Agama Islam Unhasy.

Rektor Universitas Hasyim Asy’ari Prof. Dr. H. Haris Supraptno dalam sambutannya menjelaskan, kerjasama memiliki 5 aspek penting yang dapat diimplementasikan, antara lain pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, kegiatan-kegiatan tri darma baik pendidikan, penelitian, ataupun pengabdian masyarakat.

Rektor Universitas Wahid Hasyim Prof. Dr. KH. Mudzakkir Ali, juga mengungkapkan peran Gus Sholah diawal berdirinya Unwahas adalah menjadi salah satu pembina.

Baca Juga: Luar Biasa! Tiga Universitas Ini Buat Terobosan Baru, Apa Saja?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Alhamdulillah Gus Sholah mengusahakan untuk pembayaran tanah sebelah ini sampai sungai, merupakan wakaf keluarga Gus Dur,” ucap beliau.

Beliau juga berharap agar kita dapat meneruskan perjuangan dari Mbah Hasyim, Kiai Wahid, dan juga Gus Dur.

“Jadi kita ceritanya tahadduts bin ni’mah, mudah mudahan kita sama-sama keluarga mbah anak dan cucu bisa berjuang meneruskan perjuangan dari Mbah Hasyim, dari Kiai Wahid Hasyim dan Kiai Haji Abdurrahman wahid,” ujar Prof. Mudzakkir.

Sementara itu beliau juga menerangkan bahwa Hadratussyaikh adalah peletak dasarnya. Kiai Wahid Hasyim adalah pelaksananya Gus Dur adalah perawatnya.

Lebih lanjut, Rektor Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, menyetujui apa yang dikatakan oleh Prof. Haris dan Prof Mudzakkir, kegiatan ini bukan akhir dari kegiatan 3 Perguruan Tinggi.

“Ini merupakan awal dari kerjasama kita. Saya setuju kalo kita mau iuran atau berapanan terkait Mbah Hasyim, Kiai Wahid atau Gus Dur,” tegas beliau.

Beliau menambahkan bahwa kolaborasi apapun yang mungkin bisa dilalukan baiknya dilakukan,  dari pihak UIN Gus Dus mengaku siap untuk mengabdi pada bapak dan kakeknya.

“Pada intinya kita bersama-sama berjuang membesarkan kita masing-masing. Secara otomatis membesarkan NU secara keseluruhan,  jadi tidak ada perbedaan dan apalagi islam nusantara ini adalah kita semua yang menciptakan,” tambahnya.

Islam nusantara itu seperti air. Kalo air ini dimasukkan botol jadi air botol, kalau dimasukkan gelas jadi air gelas. Islam ketika di Nusantara juga memiliki ciri khas yang toleran, moderat, dan adaptif terhadap budaya lokal.

“Kalau sudah islam nusantara, pemimpin yang cocok adalah orang NU. Orang yang bisa beradaptasi dengan banyak hal, makanya fleksibel,” pungkasnya.



Pewarta: Ilvi Maria