Kehadiran Duta Besar Republik Rakyat China, Xiao Qian ke Tebuireng disambut oleh KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) di Dalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng, Kamis (14/3). Setelah berdiskusi bersama, Dubes China menziarahi makam Masyayikh Pesantren Tebuireng. (Foto: Amin Zein)

Tebuireng.online– Duta Besar (Dubes) Republik Rakyat China, Xiao Qian bersama dengan koleganya berkunjung ke Pesantren Tebuireng, Kamis (14/3). Diakuinya, ia merasa sangat senang memiliki kesempatan silaturahmi ke Tebuireng dan bangga bisa bertemu langsung dengan KH. Salahuddin Wahid, Adik dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Silaturahmi Xiao Qian ke Pesantren Tebuireng ada kaitannya dengan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Mantan Presiden Republik Indonesia dan KH. Ahmad Wahid Hasyim, sebagai Kementrian Agama pertama Bangsa Indonesia.

“Dua puluh tahun yang lalu, yaitu tahun 1999. Saya dengan hormat menerima kunjungan Bapak Gus Dur ke Tiongkok. Oleh karena itu, 20 tahun kemudian (sekarang), saya berkesempatan untuk berkunjungan ke tempat asalnya beliau, Pesantren Tebuireng,” jelasnya di awal perbincangan dengan Gus Sholah.

Menurut Xiao Qian, dahulu kunjungan Presiden Gus Dur ke Tiongkok merupakan kunjungan kenegaraan. Bersama Presiden Republik Rakyat China, Chang Ce Min, kunjungan ini berjalan sangat sukses hingga berhasil membuat serangkaian program penting, seperti pemberantasan kemiskinan, penanggulan bencana, dan mengenai anak yatim piatu. Sehingga terjalin hubungan persahabatan yang baik antara Indonesia dan Tiongkok.

“Yang paling berkesan bagi saya pada kepemimpinan Bapak Gus Dur adalah beliau berani mencabut serangkaian kebijakan yang diskriminatif kepada masyarakat Indonesia, yang kemudian manyarakat Indonesia dapat menjadi salah satu bagian yang setara, sehingga dapat memberikan kontribusi-kontribusi yang baik bagi kemajuan negara,” kenangnya tentang Gus Dur.

Majalah Tebuireng

Sebelum mengakhiri perbincangan hangat dengan Gus Sholah, Dubes China itu mengatakan bahwa yang perlu digarisbawahi yaitu, Indonesia merupakan negara yang beragam suku, budaya, bahasa, bahkan agama. Tetapi keberagaman ini adalah saudara.

“Ini yang membuat saya berkesan. Oleh karena itu, saya menantikan untuk bisa mendatangi makam dari Gus Dur, Kiai Wahid dan Bapak Hasyim secara langsung, untuk bisa memberikan tanda hormat atas nama Pemerintah Tiongkok, Republik China, dan saya khususnya,” pungkas Dubes menuju akhir pembicaraannya.

Kemudian kunjungan itu dilanjut dengan ramah tamah dan ziarah ke makam Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan KH. Wahid Hasyim.

Pewarta: Fitrianti Mariam Hakim
Publisher: RZ