Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz saat memberikan sambutan di acara halal bi halal Ikapete Jombang.

Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz*

Kita harus bersyukur bisa berkumpul pada hari ini bersilaturahim dan dulu istilahnya halal bi halal, saat ini kita dalam 1 forum yang dinamakan festival. Ini menunjukkan di Tebuireng itu ditingkat alumninya mengikuti zaman. Ada 19 acara dalam 4 har, hal ini patut disebut festival karna menyertakan seluruh santri, baik muda, tua, hingga alumni. Tujuan diadakannya festival, bisa kumpul bergembira.

Belakangan kita mulai menggali apa saja yang diwariskan oleh Hadratussyaikh. Dari penggalian-penggalian itu sebetulnya masih banyak yang belum mampu kita gali, dan kita sedang menggali perjalanan sejarah harokah Hadratussyaikh, pendirian ponpes, bagaimana beliau menghadapi intervensi berbagai macam dan beliau dengan sabar jangan sampai Islam terpecah meski itu sangat panjang.

Kemudian beliau menuliskan dalam risalah aswaja sejak thn 1330H banyak aliran baru masuk ke Indonesia membawa pemikiran yang bertentangan sehingga mnjadikan umat islam yang tadinya hanya mengikuti 1 faham aswaja dan 1 madzhab yakni Imam Syafi’i, akhirnya pecah-pecah dan itu kemudian didirikan organisasi 1905-1906 ada syarikat islam, Budi Utomo, al Irsyad, Muhammadiyah, dan membuat pemikiran berdeda-beda.

Apa yang kita temukan dalam warisan tulisan Hadratussyaikh adalah bagaimana beliau berusaha supaya umat Islam ini tdk terpecah. Dan Alhamdulillah akhirnya bisa dr kondisi umat Islam yang berselisih bertentangan bedebat 1912-1926 bahkan masih berlanjut 1937 mampu disatukan dalam 1 bentuk wadah federasi majlis Islam ahla Indonesia, 13 organisasi bergabung, 1938 NU dimasukkan disitu dan hampir seluruh umat Islam di Indonesia ini memyatu dan itu adalah puncak dari ikhtiar poro ulama, masyaik, auliya, ini untuk mencapai bentuk ukhuwah menyatunya umat Islam yang ada di Indonesia.

Majalah Tebuireng

Dari situ lah timbul pemikiran alumni Tebuireng, nah ini kita tidak ngomong capaian itulah tapi hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh Hadratussyaikh bagaimana beliau menyatukan umat Islam sehingga setelah itu kita tahu bahwa yang begitu besar diturunkan Allah kepada bangsa ini maka kemudian tahun 45 Indonesia merdeka di situ tertulis,

“Dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dengan ini kami nyatakan kemerdekaan Indonesia,” jadi di situ tidak dituliskan dengan perjuangan senjata tapi dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Allah saat memberikan anugerah terhadap apa? Terhadap Ukhuwah nggak mungkin kita duduk-duduk diem aja kemudian Allah memberikan anugerah tatapi kitalah yang harus merubah kita sendiri, kaum umat muslim mampu menyatu, itu kemudian menjadi satu kekuatan dari situ.

Ini kira-kira 2 tahun yang lalu ide untuk membuat organisasi IKAPETE, dari beberapa pertemuan antara beberapa alumni, saya pikir ini ide pas betul jadi akhirnya dengan reorganisasi itu saya lihat Prof. Maskuri yang begitu semangat saya pikir ini jadi ketua cocok. Bulan Maret tahun 2022 jadi, sampai sekarang ini ini masih bulan April jadi 2 tahun atau 26 bulan sampai sekarang ini Alhamdulillah sudah tercapai 16 pengurus wilayah dan 79 pengurus cabang, itu prestasi dan termasuk 3 cabang internasional Mesir, Mekkah, sama Malaysia.

Mudah-mudahan kita merujuk kepada apa yang ditinggalkan apa yang sudah dilakukan oleh Hadratussyaikh bahwa beliau membangun ukhuwah itu tujuannya adalah mencari rida dari Allah tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kita kalau cuma ngumpul-ngumpul aja itu kemudian nggak ada dananya, ya berat itu. Tadi program-program yang disampaikan oleh Prof. Maskuri dan selebihnya juga bisa nanti bersama-sama dipikirkan agar supaya bisa berhasil, bisa sukses dan itu memang harus didorong secara bersama-sama.

IKAPETE itu kebersamaan dan apa yang saya baca apa yang ditinggalin oleh Hadratussyaikh, beliau itu memberi catatan apa tujuan dari surat Ali Imran ayat 103, karena kalau dijalani ini modalnya itu silaturahim nah kalau dulu kita melihat silaturahim bisa ketemu sama kawan-kawan kemudian kita ngobrol-ngobrol, senang-senang, bercanda kemudian makan-makan. Mudah-mudahan nanti bisa dilaksanakan 3 bulan sekali atau apapun nanti sama-sama kita ngaji, saya qorinya enggak apa-apa.

Saya menemukan satu kisah yang ditulis di koran Belanda ini cerita mengenai Hadratussyaikh memberikan nasihat kepada bung Karno jadi dulu pada bulan Mei ini dimuat di dalam koran tanggal 20 Mei 1947 ini kira-kira 2 bulan sebelum Hadratussyaikh wafat ini meminta bung Karno agar menganggap orang yang tua sebagai ayah, orang yang seumuran sebagai saudara, dan orang muda sebagai anaknya. Nasihat Hadratussyaikh terhadap bung Karno, ini aslinya bahasa Belanda.


Disampaikan di Festival Pesantren Tebuireng 2024.

Ditranskip oleh: Albii