Sumber gambar: www.google.com

Oleh: Muhammad Irfan Maulana*

Akhir-akhir ini virus corona menjadi musuh terbesar dunia. Penyakit baru dari Wuhan yang entah apa sebab munculnya virus itu, karena terlalu banyak teori mengenai sebab munculnya virus corona atau juga bisa disebut Covid-19. Saat ini dunia menjadi gempar karena virus tersebut, sampai diberbagai negara ada yang mengubah sistem kerja yang terjadi, menjadi kerja di rumah saja. Selain itu, setiap negara bahkan setiap orang mulai membicarakan corona untuk mencari solusi dalam memusnahkan virus tersebut. Tapi sayang, mereka yang tidak tahu apa-apa turut serta membicarakannya. Hasilnya, mereka bukan menciptakan solusi malah menciptakan masalah yang tiada ujungnya.

Jurgen Kloop seorang pelatih sepak bola klub liverpool pernah ditanya oleh wartawan mengenai virus corona. “ Itu adalah hal yang sangat serius. Opini seorang pelatih sepak bola itu dianggap penting, tapi di sisi lain saya tidak mengerti tentang virus itu. Menurut saya, jangan terlalu percaya dengan perkataan dari orang terkenal. Apabila, ia membicarakan sebuah isu yang bukan keahliannya. Kita semua harus berbicara dalam posisi yang benar.” Jawab pelatih berjanggut itu. “Lebih baik jangan menanyakan hal tersebut kepada orang yang bukan ahlinya, seperti saya ini. Bertanyalah kepada yang lebih ahli, mereka lebih mengetahui. Jangan bertanya hal tersebut kepada pelatih sepak bola, saya tidak mengerti hal tersebut. Tentang politik, ataupun virus corona, tolong jangan tanyakan itu ke saya. Saya ini hanyalah seseorang yang hobi menggunakan topi dan tidak bisa merawat janggut.” Imbuhnya.

Dari respon menarik Jurgen Kloop tersebut dapat diketahui bahwa sebuah masalah bisa diselesaikan dengan baik, jika orang yang menyelesaikan itu seseorang yang ahli dalam hal tersebut. Dalam kata lain, seorang yang mau menyelesaiakan kasus virus corona harus tahu betul mengenai virus tersebut. Kalau menurut Gus Nadirsyah Hosen, sebelum melangkah harus dipahami dulu ritmenya, baru diikuti, termasuk kasus corona. “Jadi, pemerintah harus ajak bicara pemuka agama, tokoh adat, ormas, komunitas, dll yang paham ‘ritme’ agar mereka pun terlibat aktif soal corona ini. Gak bisa hanya mengandalkan aturan dan kebijakan pemerintah. Di Indonesia, alam semesta pun harus diajak bicara.” Tutur beliau dalam ig: @nadirsyahhosen_official. Jadi, setiap orang memiliki peran masing-masing dalam penanganan virus corona. Sesuai ritme virus corona dalam segi apa yang ia ketahui.

Pemuka agama yang sudah pasti tahu mengenai ritme virus corona dalam segi agama. Seharusnya turut aktif dalam penanganan virus corona, seperti yang dilakukan Gus Mus dengan memberikan amalan dan doa sebagai penangkal virus corona; Pesantren Tebuireng yang mewajibkan kepada warga Tebuireng untuk membaca doa qunut nazilah, sholawat tibbil qulub, dan doa tolak balak sebagai ikhtiar santri agar terhindar dari virus dan bencana ini. Dengan amalan dan doa yang diberikan oleh pemuka agama, setiap orang bisa melakukan ikhtiar untuk menjaga bathiniyah mereka agar terhindar dari virus yang pertama kali muncul di China ini. Selain ikhtiar bathin dengan segala amalan dan doa, ikhtiar lahir juga diperlukan. Oleh karena itu, peran dokter dalam kasus ini sangat penting karena hanya dokter yang tahu ritme virus corona dalam segi medis.

Majalah Tebuireng

Pemerintah juga harus turut aktif dalam menangani kasus Covid-19 ini, karena pemerintah adalah kunci segala solusi. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus bisa menyelesaikan semua masalah yang dialami rakyatnya. Covid-19 yang telah mewabah seantero dunia ini harus segera diselesaikan. Kebijakan pemerintah, penangan medis dari dokter, dan arahan dari pemuka agama harus disatukan untuk memusnahkan virus yang telah membuat dunia mengalami krisis global.

Saat ini semua ritme tersebut telah satukan dan disebarluaskan agar dapat memperlambat penyebaran virus corona. Tapi masalahnya masih banyak oknum tidak bertanggung jawab yang ingin memviralkan dirinya dengan membuat berita hoaks mengenai penanganan virus corona. Mereka bukan menciptakan solusi, tapi malah menjadikan masalah semakin rumit. Apalagi ditambah sebagian oknum yang cuek terhadap masalah. Memang benar uungkapan “lebih baik diam dari pada menciptakan masalah baru”, tapi bukan berarti harus mengabaikan semua arahan dari mereka yang tahu ritmenya.

Gus Fardan salah satu guru di MASS Seblak Jombang, pernah memposting tulisan dalam akun facebook yang dikelolahnya sendiri “Dikasih fakta medis dan sains katanya settingan dan bohong, padahal antum bukan dokter atau ilmuwan. Dikasih arahan pemerintah bilangnya konspirasi wahyudi remason new world order, padahal antum bukan ahli sejarah atau ahli geopolitik aja bukan. Paling banter nonton history channel edisi Ancient Alien. Dikasih fatwa ulama malah bilang ulamanya ngawur, lagi wabah kok dilarang berjamaah dan shalat Jumat, padahal antum safinah aja gak khatam, pegang kitab majmu Syarah Al Muhadzdzab aja gak pernah. Terus harus dikasih apa biar antum faham? Kain kafan? Islam itu dijalankan dengan ilmu, dibimbing wahyu, dikawal akhlak dan diikuti hati yang bersih.” Tulis lurah pondok Seblak di akun facebook: Fardan Hamdani.

Tugas masyarakat dalam menangani virus corona ini hanya mengikuti arahan dari mereka yang mengetahui ritme penyebaran virus corona, bukan malah membantah setiap arahan dari mereka. Masyarakat lebih baik diam dan mengikuti arahan mereka agar dapat memperlambat Covid-19. Memang benar kalau ada yang mengatakan kalau virus corona hanyalah masalah sepele, tapi penyebarannya yang begitu cepat dan sulit mengetahui gejalanya yang membuat setiap orang harus tetap mewaspadai. Jangan komentar sana komentar sini kalau tidak tahu ritme permasalahannya, nanti malah membuat masalah semakin ribet. Lebih baik diam dan ikuti terus arahan mereka yang tahu ritmenya.

*Siswa MA SS Seblak Jombang, @limajari45