Cover buku kumpulan cerita, Surat Kecil untuk Ayah

Judul Buku      : Surat Kecil untuk Ayah

Penulis             : Boy Candra

Tebal Buku      : 188 hal

Penerbit           : Bukune

Tahun              : 2016

Majalah Tebuireng

ISBN               : 978-602-220-170-0

Peresensi         : Munawara MS*

“Dear Ayah,

Apa kabar? Kuharap kau selalu dalam keadaan baik dan sehat. Tak terasa waktu bergulir dan aku beranjak dewasa. Tapi semangat dan tanganmu untuk kami sekeluarga tak pernah pudar sedikit pun.”

Siapakah lelaki yang berusaha sekuat tenaga menciptakan kebahagiaan untuk keluarga termasuk engkau seorang anak yang saat ini telah tumbuh dewasa? Dia lah Ayah, yang mungkin saat ini masih bisa engkau peluk dan engkau dekap dengan erat saat semua masalah kehidupan menimpamu, tapi di sisi lain, bagi mereka yang telah kehilangan Ayah, Ia hanya mampu berdoa dan membiarkan rindu serta kenangan termanisnya bersama ayah tercinta berlalu seperti air mata yang tak henti membasuh luka semakin nyilu.

Begitu pun dengan apa yang di tulis oleh Boy Candra dalam buku catatan tentang ayah dari berbagai inspirasi yang akhirnya menjadi beberapa bagian cerita dalam buku Surat Kecil untuk Ayah. Dalam kumpulan cerita ini banyak menuliskan soal perjuangan seorang Ayah, hidup mati seorang Ayah memperjuangkan masa depan anak-anaknya.

Pada halaman pertama, “Bagi seorang anak, Ayah adalah sosok lelaki yang paling dekat dalam hidupnya. Lelaki yang memberikan kasih tak terkira. Lelaki yang menghadirkan senyum di pagi buta. Juga menennagkan saat larut malam bercerita.” Sebuah tulisan yang mencoba mendeskripsikan siapa seorang Ayah di mata anaknya. Bagaimana seorang Ayah dengan segala keterbatasannya mencoba melindungi keluarga dengan sempurna.

Pada halam lain juga bercerita, tentang seorang anak laki-laki yang telah tumbuh dewasa dan merasa bahwa sudah saatnya Ia memiliki gadis sebagai calon pendamping hidupnya. Akan tetapi karena seorang Ayah yang tak memberikan ijin disebabkan beberapa alasan termasuk beda keyakinan, maka lelaki tersebut berusaha mengikuti keputusan sang Ayah dan dengan pelan-pelan berusaha menjelaskan pada perempuan yang sangat dia cintai untuk mengakhiri hubungan mereka secara baik-baik. Hal tersebut menjadi bukti bahwa betapa orangtua termasuk Ayah tetap memiliki peran penting dalam mempertimbangkan kehidupan masa depan kita meski sudah beranjak dewasa.

Selain itu, di halaman 57 diceritakan bagaimana seorang Ayah memahami kemampuan seorang anak. “Ayah mengatakan padaku, aku harus bisa bergaul dengan banyak orang. Kata Ayah, manusia tak bisa hidup tanpa manusia lain,” kalimat itulah yang akhirnya mengajari seorang anak mampu menjadi manusia yang menerima manusia yang lain, tidak acuh, tidak sombong, dan tidak membeda-bedakan kelas sosial kita di dunia yang sebenarnya adalah milik Tuhan ini.

Tak luput juga, di halaman-halaman selanjutnya, Boy Candra menulis soal keikutsertaan seorang Ayah dalam melindungi keluarga dan memilihkan calon yang terbaik untuk putra putrinya, meski kondisi seorang Ayah dalam keadaan sakit parah, Ayah terus berusaha bekerja untuk mampu menafkahi keluarganya. Betapa seorang Ayah diciptakan oleh Tuhan layaknya malaikat penolong jiwa setiap saat.

Pada bagian akhir, penulis menceritakan bagaimana anak laki-laki berusaha bekerja keras untuk mampu hidup mandiri dan membuat Ayahnya bangga memiliki seorang anak sepertinya. Tidak hanya itu, saat laki-laki itu tahu tentang kondisi Ayahnya yang sudah tak sesehat dulu, membuat Ia lebih kuat mengejar gelar sarjana dan membuktikan pada saudara-saudaranya bahwa Ia tak akan memberatkan kehidupan Ayahnya lagi. Meski akhirnya seorang Ayah dengan penuh kasih sayang memintanya untuk kembali pulang ke rumah dan meneruskan usaha yang telah pernah dirintis oleh Ayahnya.

Buku ini merupakan sebuah cara lain mengenang jasa Ayah. Sebuah catatan hati dari anak-anak Ayah untuk terus mampu mengingat jasa Ayah dan mendoakan Ayah yang telah tiada. Termasuk terus mencoba mencintai Ayah, melihat sisi baik Ayah sehingga dalam sepanjang hidupnya Ia terus mampu mengabdi pada Ayahnya yang sudah berusia lanjut.

Cerita-cerita dalam tulisan ini telah sedikit banyak mewakili perasaan kita sebagai anak pada seorang Ayah yang sejatinya selalu menjadi lelaki luar biasa untuk anak-anaknya. Buku ini sangat bagus dibaca oleh berbagai kalangan sebagai sebuah introspeksi diri dan pembelajaran bagaimana cara menghargai perjuangan seorang Ayah selama ini.

Selebihnya hanyalah beberapa koreksi, bahwa pada buku kumpulan cerita ini mengalami beberapa salah ketik, kata diulang, dan cerita-cerita yang hampir senada sehingga pembaca merasa perasaannya diulang-ulang pada cerita bahasa penulisannya hampir sama.

Terkahir, bacalah buku ini dengan baik, lalu kenanglah Ayah dengan baik, dan mengabdilah selama Ia masih ada di dunia ini, sebelum keinginan hanya menjadi sebuah ilusi. Selamat membaca!


Peresensi adalah Alumni Pesantren An-Nuqayah Sumenep Jawa Timur.