Sumber: https://informazone.com/wali-songo/

Oleh: Luluatul Mabruroh*

Secara historis, agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh para Walisongo ya. Sejak awal, masyarakat Nusantara telah menganut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah sebelum lahirnya berbagai sekte yang menyalahi aturan syari’at. Dengan kata lain, adalah sebuah fakta dan realita yang tak terbantahkan bahwa para Walisongo menganut Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Sebab merupakan hal yang mustahil apabila para pembawa ajaran Islam ke Nusantara tidak menganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah sementara masyarakat nusantara sendiri memiliki paham Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan apa yang para Walisongo ajarkan terdapat nilai-nilai yang mengacu pada paham aswaja dan bahwa mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i dalam bidang fikih, mengikuti Imam Abu al Qosim al Junaidi dan imam al Ghazali dalam bidang tasawuf serta mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi dalam bidang akidah. Selain itu, sebagai bukti bahwa Walisongo termasuk penganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah, Prof. KH. Abdullah bin Nuh menjelaskan sebagai berikut :

Jika kita pelajari ilmu primbon, yakni kumpulan ilmu dan rahasia kehidupan yang di dalamnya terdapat materi ajaran Syekh Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), yang dimakamkan di Tuban Jawa Timur, maka kita akan menemukan banyak nama kitab yang menjadi rujukan (referensi) utama para da’i sembilan (Walisongo). Sebagaimana memuat masalah akidah dan fikih dengan susunan yang baik sesuai dengan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dan madzhab Syafi’i.”

Bukti lain yang menegaskan bahwa Walisongo mengikuti paham Ahlussunnah wal Jama’ah adalah adanya ritual keagamaan seperti membaca surat Yasin pada malam Jumat, Istighosah, membaca shalawat secara berjama’ah yang sering dilaksanakan secara turun-temurun tanpa ada perubahan di masjid-masjid besar di berbagai daerah, seperti masjid sunan Ampel Surabaya, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Tuban, dan beberapa masjid lainnya. Semua ini merupakan cerminan ritual ibadah yang dilakukan oleh kelompok  Ahlussunnah wal Jama’ah.

Majalah Tebuireng

Meski begitu, acap kali didapati lembaga-lembaga yang menggunakan nama-nama para ulama Walisongo menganut paham selain Ahlussunnah wal Jama’ah. Itu bisa dilihat dari berbagai instansi seperti kampus maupun organisasi masyarakat lainnya yang tidak memakai nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Hal itu karena bentukan pemimpin dan visi-misi organisasi yang berbeda dangan paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Namun substansinya, semua ulama Walisongo menggunakan dasar yang sama dalam berislam, yakni dengan berpegangan pada paham Ahlussunnah wal Jama’ah.


*Mahasiswi Unhasy dan santri Pesantren Putri Walisongo Cukir