Gus Baha saat di Pesantren Tebuireng

Kajian ini merupakan saduran dari pengajian Reboan Tafsir Jalalain surah Al-Qalam KH. Bahauddin Nur Salim di Pondok Pesantren LP3IA Narukan, Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 24 April 2024.

فَسَتُبۡصِرُ وَیُبۡصِرُونَ ﴿بِأَيِيِّكُمْ المَفْتُون﴾ مَصْدَر كالمَعْقُولِ أيْ الفُتُون بِمَعْنى الجُنُون أيْ أبِك أمْ بِهِمْ ﴿إنّ رَبّك أعْلَم بِمَن ضَلَّ عَنْ سَبِيله وهُوَ أعْلَم بِالمُهْتَدِينَ﴾ لَهُ وأَعْلَم بِمَعْنى عالِم

A’lamu diberi makna zat Maha Mengerti karena kalau diberi makna “lebih mengerti” akan beresiko membandingkan zat Allah dengan entitas lainnya; “Allah lebih mengerti terhadap seseorang”

فَلَا تُطِعِ ٱلۡمُكَذِّبِینَ ﴿ودُّوا﴾ تَمَنَّوْا ﴿لَوْ﴾ مَصْدَرِيَّة ﴿تُدْهِن﴾ تَلِينَ لَهُمْ ﴿فَيُدْهِنُونَ﴾ يَلِينُونَ لَك وهُوَ مَعْطُوف عَلى تُدْهِن وإنْ جَعَلَ جَواب التَّمَنِّي المَفْهُوم مِن ودُّوا قَدْر قَبْله بَعْد الفاء هُمْ ﴿ولا تُطِعْ كُلّ حَلّاف﴾ كَثِير الحَلِف بِالباطِلِ ﴿مَهِين﴾ حَقِير ﴿هَمّاز﴾ عَيّاب أيْ مُغْتاب ﴿مَشّاء بِنَمِيمٍ﴾ أيْ ساعٍ بِالكَلامِ بَيْن النّاس عَلى وجْه الإفْساد بَيْنهمْ ﴿مَنّاع لِلْخَيْرِ﴾ بَخِيل بِالمالِ عَنْ الحُقُوق ﴿مُعْتَدٍ﴾ ظالِم ﴿أثِيم﴾ آثِم ﴿عُتُلّ﴾ غَلِيظ جافٍ ﴿بَعْد ذَلِكَ زَنِيم﴾ دُعِيَ فِي قُرَيْش وهُوَ الوَلِيد بْن المُغِيرَة ادَّعاهُ أبُوهُ بَعْد ثَمانِي عَشْرَة سَنَة قالَ ابْن عَبّاس: لا نَعْلَم أنَّ اللَّه وصَفَ أحَدًا بِما وصَفَهُ بِهِ مِن العُيُوب فَأَلْحَقَ بِهِ عارًا لا يُفارِقهُ أبَدًا وتَعَلَّقَ بِزَنِيمٍ الظَّرْف قَبْله ﴿أنْ كانَ ذا مال وبَنِينَ﴾ أيْ لِأَنَّ وهُوَ مُتَعَلِّق بِما دَلَّ عَلَيْهِ ﴿إذا تُتْلى عَلَيْهِ آياتنا﴾ القُرْآن ﴿قالَ﴾ هِيَ ﴿أساطِير الأَوَّلِينَ﴾ أيْ كَذَّبَ بِها لِإنْعامِنا عَلَيْهِ بِما ذُكِرَ وفِي قِراءَة أأَنْ بِهَمْزَتَيْنِ مَفْتُوحَتَيْنِ

Jadi, bagi saya ini adalah ayat paling ekstrem bagi orang yang tidak memahami Al-Qur’an. Masa kita ini sudah berjarak 15 abad dari Rasulullah SAW. Secara normal kita sebagai orang sekarang tidak paham, karena kita terlalu terpaut jauh dengan Nabi. Orang kafir saja itu paham Al-Qur’an. Umar ketika mendengar surah Taha itu tidak pernah mengkaji kitab al-Jalalain. Jubair ibn Muth’im juga sama. Orang kafir saja memahami Al-Qur’an, kan aneh ketika orang Islam sendiri tidak paham. Makanya kata Sayyid Muhammad, “Ketika memahami Al-Qur’an imanmu kamu tanggalkan pun itu tidak masalah, karena di sana ada kalamullah.” Meski tentu butuh kearifan dan kebijksanaan.

Majalah Tebuireng

Walid itu anak kandung dari Mughirah. Pada saat itu ia masih kafir. Terus dia bicara sama ibunya, “Mak, saya ini disifati oleh Muhammad dengan sembilan sifat; hallafin, mahin, hammazin, masysya’ bi namim, manna’in li al-khair, mu’tadin, atsim, ‘uthullin, zanim. Saya mengakui semuanya kecuali satu, yakni zanim.” Ia mengingkari bahwa nasab Quraish-nya (Walid) itu hanya ngaku-ngaku saja. Dia bisa bicara seperti itu ‘kan artinya dia paham makna Al-Qur’an, bahwa ia mengakui kalau punya 9 sifat tercela yang diingkari olehnya salah satunya.

Makanya ini tamparan bagi kita yang sudah menenteng Al-Qur’an ke sana kemari tapi tidak paham, padahal orang kafir saja itu bisa paham. Ternyata kata ibu Walid, “Bapakmu itu memang Quraish, hartanya banyak, kaya, akan tetapi impoten. Saya khawatir harta beliau itu jatuh orang selain saya. Akhirnya saya mencari laki-laki lain agar punya anak. Ya jadilah kamu Walid.”

Itu adalah bukti bahwa Al-Qur’an itu mudah dan cepat dipahami, sekalipun orang kafir. Maka dari itu orang musyrik ketika melawan Al-Qur’an itu dengan cara melarang orang lain agar tidak mendengarkan Al-Qur’an,

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka).”

Jadi misal kamu sangat ganteng, untuk melawan kegantengan kamu ‘kan harus dilarang untuk dilihat. Atau misalkan orang laki-laki itu tidak bisa untuk tidak melirik perempuan. Nah satu-satunya cara adalah melarang laki-laki untuk sembarangan melihat perempuan. Sama dengan cara orang kafir agar orang lain tidak tertarik dengan Al-Qur’an, yaitu dilarang mendengarkan. Makanya orang hafal Al-Qur’an kok tidak paham itu aneh, sudah ndak paham minta disebut-sebut Kiai.

Kata Imam Thabari, walaupun Allah itu bisa saja menyiksa siapa pun, tapi Allah juga butuh alasan untuk menyiksanya. Seperti ketika menyiksa orang kafir, Allah berasalan mengapa mereka tidak Islam padahal sudah ada Al-Qur’an yang mudah dipahami. Artinya orang kafir juga didesain paham Al-Quran oleh Allah.

Kalau ada yang bilang tidak paham Al-Qur’an karena dia orang Jawa, maka saya—kata Gus Baha’—memperkirakan nanti di akhirat akan muncul percakapan begini, “Orang-orang Jawa mengapa kamu tidak paham Al-Qur’an?” tanya Allah.

Kata orang Jawa, “Saya orang Jawa gusti, Al-Qur’an kan bahasa Arab.”

Terus di-gojlok (dibercandai) sama Allah, “Lah itu lihat cewek Turki, cantik ndak?”

“Cantik, gusti.” Kata orang Jawa.

“Lah kan sama-sama bukan Jawa, kok kamu paham cewek itu cantik, sedangkan Al-Qur’an tidak kamu pahami. Dasar, cewek saja paham, Al-Qur’an tidak.”

Wallahu a’lam.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Kemenangan Permanen Umat Islam


*Ditulis oleh Yuniar Indra, Mahasantri M2 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari