Oleh: KH. Nur Hannan*

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah salat Jumat…

Dalam kesempatan yang sangat baik ini, saya mengajak diri saya sekaligus para hadirin semuanya, untuk meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah SWT. Karena takwa adalah bekal terbaik untuk bekal keselamatan hidup.

Allah berfirman:

Majalah Tebuireng

  وَیُنَجِّی ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ٱتَّقَوۡا۟ بِمَفَازَتِهِمۡ لَا یَمَسُّهُمُ ٱلسُّوۤءُ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati.(Surat Az-Zumar 61)

Pada ayat itu kita pahami bahwa Allah menjamin orang yang bertakwa tidak akan disentuh oleh musibah. Bahkan dijauhkan dari kesedihan. Hendaknya ayat ini tidak sekadar kita baca atau pahami maknanya. Tapi sekaligus mempraktikkan dan meyakini dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin…

Setelah pesan takwa, saya ingin mengingatkan pada diri saya dan hadirin. Bahwa dalam menjalani segala aktivitas sehari-hari, di samping untuk mencari rida Allah, jangan lupa bertujuan agar mencari keberkahan. 

Di pesantren kita tidak hanya diajari mencari ilmu. Tetapi kita juga mempelajari bagaimana agar ilmu pesantren ini berkah dan bermanfaat di sekelilingnya. Kalau hanya sekadar pintar, cerdas, tanpa ada keberkahan, maka jangan harap ilmu itu bermanfaat. 

Untuk memperolah keberkahan ilmu, ada tata krama yang dijelaskan KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim.

Semuanya itu, tak lain hanya bertujuan untuk menuntun para pencari ilmu, agar sampai pada keberkahan ilmunya. Agar bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya. 

Ma’asyiral Muslimin…

Keberkahan ini tidak identik dengan kesenangan. Bisa jadi kesenangan tetapi tidak memberikan keberkahan.

Maka keberkahan ini akan memberikan kebahagiaan. Ketika seseorang menerima suatu nikmat. Jika orang itu menjadi lebih dekat dengan Allah, maka di situlah kenikmatan menjadi keberkahan.

Namun sebaliknya, jika dari kenikmatan itu, ia menjadi menemui kemaksiatan, maka itu tidak diberkahi. Lalu ketika kita, semua manusia  diuji dengan musibah maka jalan terbaik adalah meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya. 

Musibah juga bisa menjadi keberkahan, jika seorang hamba itu menjadi hamba yang introspeksi diri dan bermuwajahah kepada-Nya.

Hingga ia menyadari bahwa ia masih kurang mendekat dengan Allah SWT. Ini dapat ditemui dalam firman-Nya: 

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan (Surat Al-A’raf 96).

Semoga kita dapat menjadi hamba yang dapat meningkatkan takwa dan muhasabah kita.

وَالۡعَصۡرِ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ ِالَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡر بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

*Mudir Mahad Aly Hasyim Asy’ari Jombang.

Pentranskip: Yuniar Indra