Tim Tebuireng.online mewawancarai KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) di ndalem Kasepuhan Tebuireng, terkait sikap tegas Tebuireng tentang Pemilihan Presiden 2019. (Foto: Amien Zein)

Tebuireng.online- Beberapa bulan terakhir, telah terjadi perdebatan, persinggungan satu sama lain, atau bahkan meregangnya kelompok antar kelompok. Berbagai konflik yang berkaitan dengan pemilihan presiden ini, rupanya sedang hangat menjadi topik pembahasan masyarakat di media sosial, televisi, maupun secara terang- terangan di masyarakat.

Saat menyampaikan sambutan acara Haul Ibu Nyai Hj. Barriyah Yusuf Hasyim pada Sabtu (22/12/2018), Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menyinggung berbagai konflik yang terjadi pra-pemilihan presiden 2019.

Namun pada kesempatan lain, Gus Sholah didampingi Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz memberikan keterangan secara khusus bahwa hal yang semacam itu kebetulan terjadi di Pesantren Tebuireng. Ada kelompok yang mendukung calon nomor urut satu dan kelompok calon nomor urut dua. 

“Tidak masalah bila terdapat perbedaan pendapat karena sudah menjadi hak pilih masing-masing orang. Contohnya kelompok ini lebih condong ke kiri, sedang kelompok lain lebih condong ke kanan,” kata Gus Sholah kepada Tebuireng Online di Ndalem beliau pada Ahad (23/12/2018).

Namun, lanjut tokoh 76 tahun tersebut, fenomena umum yang terjadi di masyarakat kelompok pendukung-pendukung kedua paslon mereka tidak bicara substansial, artinya berbicara bukan hal yang penting dan bermutu, bahkan disebarkan.

Majalah Tebuireng

“Mereka saling menjatuhkan, mempoyoki, bahkan mengejek satu sama lain. Inilah yang kemudian menyebabkan perpecahan, persinggungan itu terjadi,” tutur Gus Sholah. 

Gus Sholah juga menegaskan bahwa Tebuireng tidak condong dan tidak memihak pada calon manapun, baik itu nomor satu maupun nomor dua. Dalam artian, biarlah memilih sesuai dengan kehendak hati masing-masing. Tebuireng berusaha berada di tengah-tengah agar tidak condong ke kanan maupun ke kiri.

“Ya. Disini kami tegaskan kembali bahwa Tebuireng itu tidak memihak kepada siapapun, baik calon nomor satu maupun nomor dua. Tebuireng berusaha berada di tengah-tengah. Dan memang harus ke arah sana. Maka mari memilih sesuai pilihan hati masing-masing.” terangnya

Kendati begitu, ayah tiga anak itu sangat berharap, Tebuireng beserta dzurriyah (keluarga/kerabat), alumni, dan seluruh pihak di dalamnya jika terjadi perbedaan pilihan, tidak saling menjatuhkan, menjelekkan, mengkompori, dan sebagainya. Karena, menurut Gus Sholah, hal semacam inilah yang sangat memicu terjadinya perpecahan hubungan. Baik untuk Tebuireng sendiri, maupun luar Tebuireng.

“Jika terjadi semacam itu, maka terbilang sia-sia dengan tolok ukur pendidikan pesantren yang sudah ditempuh selama ini. Terlebih kita memiliki ukhuwah wathaniyah, basyariah, islamiyah, nahdliyah dan sekarang ada ukhuwah tebuirengiyah. Supaya tidak terjadi keributan. Karena Tebuireng harus memberikan contoh, bagaimana dengan perbedaan pendapat tidak melahirkan permusuhan atau perselisihan. Tebuireng harus diupayakan ke arah sana,” tegas beliau dengan runtut dan jelas.

Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz menanbahkan, perlu dari kita untuk kembali itba’ (mengikuti) Rasulullah SAW. Sebagaimana yang disebutkan bahwa Rasulullah menggunakan Piagam Madinah untuk mengatur masyarakat. Terdapat 47 poin komitmen yang dibuat, disepakati, dan  tidak mengandung syariat di dalamnya. 

“Sekarang, syariat sudah banyak yang masuk di undang-undang, dsb. Nah, jika kita kembali lagi merujuk kepada Rasulullah, maka yang seperti itulah komitmen antar golongan. Contohnya saling bahu membahu agar tidak terjadi peristiwa yang membahayakan atau perselisihan yang dikhawatirkan,” ungkap kiai yang juga pengusaha itu.

Bagi Gus Kikin, panggilan akrab CEO BBSTV itu, hal itu menuntut perlu adanya kebaikan dan kesetiaan sebagai perlawanan terhadap kejahatan atau pengkhianatan, agar tercipta satu kesatuan yang kemudian disebut ummah, bukan perpecahan,” tukas putra KH Mahfudz Anwar itu.

Pewarta: Fitrianti Mariam Hakim

Editor/Publisher: Aros