ADAB AL-DUNYA WA AL-DIN, PENGAJIAN WADA’ YAI KA’

Itu yang mungkin tak disadari oleh santri pesantren Tebuireng, Yai Ka’ membaca kitab masterpiece al-Mawardi “Adab al-Dunya wa al-Din”. Tentu, selain karya agung atau magnum opus al-Mawardi lainnya seperti Ahkam al-Sulthaniyah, Adab al-Wazir, Siyasat al-Mulk dan Tahsh al-Nashr wa Ta’jiz al-Zafar. Tak tertangkap, ada signal apa Yai Ka’ membaca kitab Adab al-Dunya wa Al-Din karangan al-Mawardi.

Menurut catatan saya, al-Mawardi di antara ulama besar bermadzhab Syafi’i yang begitu berpengaruh dalam laku Yai Ka’. Meski, dan ini sayangnya, karya al-Mawardi seperti Ahkam al-Sulthaniyah kurang dipopulerkan di kalangan pesantren, kecuali di kalangan elitnya dan di forum Bahts al-Masail NU. Padahal, al-Mawardi yang berjejuluk “qadhi qudhat” ulama Syafi’i yang cemerlang dan berposisi penting dalam pemerintahan Abbasiyah.

Pada zamannya, ada tiga ulama terkenal Bashrah, yang ke empat adalah al-Mawardi. Meski, sempat dituduh Mu’tazili, namun bisa ditepisnya. Sedangkan manuskrip kitab Adab al-Dunya wa al-Din ditemui di perpustakaan al’-Dzahiriyah Suriah dan–tanpa tahqiq–dicetak pertama kali tahun 1299 H. Baru tahun 1955 penerbit Kairo Musthafa al-Babi al-Halibi menerbitkannya lewat tahqiq Syekh Musthafa al-Saqa’ dan 1991 diterbitkan Ibnu Katsir Beirut dengan tahqiq Syekh Yasin Muhamnad al-Sawas sebagai revisi tahqiq dari Musthafa al-Saqa’.

Kalau membaca tuntas Adab al-Dunya wa al-Din yang terbagi 5 bab, bertebar lebih dari 500 hadits, atsar, hikmah dan 1000 bait syair. Berikut muatan substansi materi yang cakupannya merupakan “kunci sukses kehidupan”. Bisa dimengerti jika pilihan pengajian wada’ Yai Ka’ jatuh kepada kitab Adab al-Dunya wa al-Din. Siapa yang tidak tergetar–tentu bila apresiasi terhadap kitab ini dilakukan secara cermat–dengan penghayatan menbacanya secara mendalam. Seolah Yai Ka’ ingin mengajak santri santrinya latut dalam muhasabah kehidupan ini lewat karya agung dari ulama kesayangan khalifah ke 26 Qaiman bi Amr Allah dari dinasti Abbasiyah dan disanjung Saljuk dan Buwaihi. Husn al–khatimah.

Majalah Tebuireng

Begitu indah pamitan Yai Ka’, menutup pengajian wada’-nya dengan menebar ajaran etika hidup yang demikian luhur melaui kitan Adab al-Dunya wa al-Din. Kendati, santri santri mengerti belakangan, itulah model pamitan sang penjaga turts, hafidz al-turats, dan sosok sarat keteladan yang senantiasa berhias senyum.

(Catatan:  H. Cholidy Ibhar santri Tebuireng angkatan 1970-1980. Kini menjadi Dosen di IAINU dan Direktur Local Govermen Reseach dan Consulting, tinggal di Kebumen Jawa Tengah)